Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mudik dengan Motor? Lebih Baik Tidak Berangkat daripada Tidak Kembali

12 Juli 2016   21:46 Diperbarui: 12 Juli 2016   21:51 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik Gratis bersama Kemenhub (sumber: http://mudikgratis.dephub.go.id/frontend/web/)

Libur lebaran sudah usai. Sebagian besar pemudik telah kembali dan beraktivitas di Jakarta, sejak Senin (11/7) kemarin. Meski sudah menjadi ritual tahunan, perjalanan mudik selalu menghadirkan cerita seru. Tahun ini, kemacetan horor akibat penumpukan kendaraan di pintu keluar tol Brebes alias "Brexit" menjadi tajuk di berbagai surat kabar.

Macet dan mudik ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Meski begitu, kemacetan tahun ini -khususnya di kawasan Brebes-dianggap di luar kewajaran. Banyak cerita pemudik yang terjebak hingga belasan bahkan puluhan jam untuk melewati wilayah Brebes. Butuh kajian mendalam untuk mengetahui apa sebetulnya yang menyebabkan unordinary traffic jam di periode mudik kemarin. Biarlah para ahli yang membahas, saya nggak mau ikutan sok tahu.

Bagi pemudik yang menggunakan sepeda motor mungkin sedikit lebih 'beruntung' pada saat melewati kawasan tersebut. Walaupun juga terjebak kemacetan, tapi setidaknya waktu yang dibutuhkan untuk 'lolos' bisa lebih cepat. Motor memang punya keunggulan dalam hal kelincahan, bisa lewat celah kecil sekalipun. Sayangnya, kelebihan itu juga yang sering dimanfaatkan para pemotor untuk menyerobot jalur berlawanan, naik ke trotoar, yang sebetulnya menjadi musabab bertambah parahnya macet.

Jumlah pemudik dengan motor dari tahun ke tahun terus bertambah. Tahun ini diprediksi jumlahnya mencapai 3,81 juta motor yang digunakan untuk mudik. Angka tersebut melonjak hampir dua kali jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang 'cuma' sekitar 2 juta unit. Seiring dengan hal tersebut, pengguna angkutan umum (bus) juga menunjukkan tren menurun. Mengapa bisa begitu?

Hasil survei Badan Litbang Kemenhub menemukan dua alasan utama pemudik memilih menggunakan sepeda motor. Pertama, sebanyak 37 % responden mengatakan mudik dengan motor lebih cepat. Kedua, 22 % responden menyatakan alasan biaya yang lebih murah. Masih dari survei tersebut, responden memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk mudik dengan motor hanya sekitar Rp. 500 ribu. Dengan jumlah uang yang sama, mereka tidak akan bisa membeli tiket kereta api atau bus untuk dua orang pulang-pergi.

Fenomena mudik di Indonesia adalah tradisi puluhan tahun. Apapun kondisinya, para perantau pasti akan kembali ke kampung halaman. Niatnya baik, ingin bersilaturahim dengan sanak saudara khususnya orang tua. Akan tetapi menjadi ironis apabila untuk mewujudkan niat baik tersebut, nyawa yang jadi taruhannya. Ya betul, mudik dengan sepeda motor sangat berisiko fatal. Bukannya menyenangkan orang tua dan keluarga di kampung, malah bisa membuat kesedihan apabila pemudik ini mengalami kecelakaan. Berdasarkan data Polri, kecelakaan sepeda motor pada tahun lalu (2015) mencapai 3.049 insiden. Untuk tahun ini, telah terjadi 1.947 kecelakaan lalu lintas. Dari jumlah tersebut sebanyak 366 orang meninggal dunia, 634 orang luka berat dan 2.537 luka ringan

Sebetulnya ada opsi lain yang bisa dipilih pemudik, jika alasannya adalah menghemat biaya. Sudah sejak berapa tahun terakhir banyak digelar mudik bersama gratis oleh berbagai perusahaan, mulai dari ritel waralaba (Alfamart, Indomaret, 7-Eleven), bank (BNI, BTN), maupun oleh organisasi nirlaba seperti Nahdlatul Ulama. Berdasarkan penelusuran saya, tidak kurang dari 22 event mudik bareng gratis digelar tahun ini. Biasanya tidak sekadar gratis, para pemudik yang memilih ambil bagian di acara ini juga mendapatkan berbagai souvenir dari penyelenggara.

Mudik bersama sejumlah perusahaan/instansi (diolah dari berbagai sumber)
Mudik bersama sejumlah perusahaan/instansi (diolah dari berbagai sumber)
Pemerintah juga tidak berdiam diri terhadap fenomena semakin tingginya pemudik dengan sepeda motor. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun ini kembali menggelar mudik bersama yang dikhususkan bagi pengguna sepeda motor. Program ini layak diapresiasi karena dirancang dengan memperhatikan kebutuhan para pemudik itu sendiri. Selain karena alasan waktu tempuh dan biaya, para pemudik biasanya memilih menunggangi 'kuda besi' lantaran membutuhkan alat transportasi untuk mobilitas di kampung. Oleh karena itu, program mudik gratis Kemenhub memfasilitasi para pemudik untuk menggunakan moda transportasi umum namun tetap bisa mengangkut sepeda motornya dengan gerbong barang di Kereta Api.

Mudik gratis Kemenhub (http://rumahkereta.com/mudik-gratis-naik-kereta-2016/)
Mudik gratis Kemenhub (http://rumahkereta.com/mudik-gratis-naik-kereta-2016/)
Bekerjasama dengan PT. KAI, Kemenhub menyediakan angkutan motor dengan kereta api yang melintasi sejumlah kota baik di lintas utara maupun lintas selatan. Untuk di jalur utara, kereta akan berhenti di stasiun Cirebon Prujakan, Tegal, Pekalongan, Semarang Tawang, Ngrombo, Cepu, Bojonegoro, Babat, Surabaya Pasar Turi. Sementara di sisi selatan dibagi menjadi dua, yaitu lintasan Selatan 1 (Purwokerto, Kroya, Gombong, Kebumen, Kutoarjo) dan lintasan Selatan 2 (Lempuyangan, Klaten, Solo Jebres, Madiun, Kertosono, Kediri). Selain dengan kereta api, Kemenhub juga menyediakan dengan moda bus untuk beberapa rute seperti Jakarta-Semarang (PP), Jakarta-Yogyakarta (PP) dan Jakarta-Solo (PP).

Rute mudik gratis (http://rumahkereta.com/mudik-gratis-naik-kereta-2016/)
Rute mudik gratis (http://rumahkereta.com/mudik-gratis-naik-kereta-2016/)
Kuota mudik gratis dengan kereta (http://rumahkereta.com/mudik-gratis-naik-kereta-2016/)
Kuota mudik gratis dengan kereta (http://rumahkereta.com/mudik-gratis-naik-kereta-2016/)
Sepeda motor tidak dirancang untuk perjalanan jarak jauh, apalagi hingga ratusan kilometer dan memakan waktu hingga belasan jam. Belum lagi terpaan angin dan hujan jika cuaca sedang tidak baik. Itu semua akan menambah faktor risiko. Kalau cuma mudik dari Jakarta ke Banten dan sebagian wilayah Jawa Barat (Bogor, Cianjur, Karawang, Purwakarta) mungkin masih bisa ditoleransi. Jika jaraknya lebih jauh, mengendarai sepeda motor sangat tidak direkomendasikan.

Pemerintah dan Kepolisian sulit melarang pemudik untuk menggunakan sepeda motor. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya Polisi jika harus merazia dan menghalau pemudik di jalan menuju keluar kota Jakarta. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dari masing-masing pemudik itu sendiri. Setidaknya mereka harus lebih peduli pada keselamatan mereka sendiri dan orang lain. Jika memang tetap ingin menunggangi 'kuda besi', beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

  1. Pastikan kondisi fisik dan kesehatan sedang prima. Jangan pernah melakukan perjalanan bila badan sedang tidak fit.
  2. Perhitungkan jarak tempuh dan pilihan rute beserta alternatifnya. Apabila perjalanan sangat jauh, pertimbangkan untuk rehat bermalam. Untuk menghemat biaya, mungkin tidak perlu sewa kamar hotel tetapi bisa menumpang istirahat di rumah ibadah.
  3. Periksakan kondisi kendaraan ke bengkel sebelum memulai perjalanan.
  4. Jangan membawa barang bawaan berlebihan (dari segi jumlah, berat, maupun ukuran/dimensi) dan penumpang maksimal satu orang. Membawa anak kecil dengan motor, apalagi jika ditaroh di depan sama artinya dengan menjadikan anak sebagai 'tameng hidup'.
  5. Istirahat setiap mulai merasa lelah sepanjang perjalanan, manfaatkan berbagai pos-pos peristirahatan yang disediakan perusahaan, instansi pemerintah maupun kepolisian.
  6. Berkendara dengan kecepatan normal dan taati peraturan lalu lintas, rambu-rambu, dan petunjuk petugas Polisi di lapangan. Berkendara dengan ugal-ugalan sama artinya dengan 'menggali lubang kuburan sendiri'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun