Mohon tunggu...
SENDY WULANDHARY
SENDY WULANDHARY Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hanya sekedar berbagi ilmu lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapan Batik Tulis menjadi Branded Product ?

1 Januari 2013   07:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:41 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asal muasal batik ternyata berasal dari dua kata bahasa Jawa.  "Amba" yang berarti menulis dan "titik" yang artinya titik, sehingga digabung menjadi satu kata "Batik".  Cukup sederhana tetapi sangat populer sekarang ini.  Sudah jelas kata batik saja berasal dari bahasa Jawa, tetapi mengapa negara lain langsung mengklaim batik.  Pertanyaan besar untuk perlindungan hak paten kebudayaan di negeri ini. Batik berdasarkan bahasa asing adalah wax painting.  Wax adalah malam dan painting adalah melukis atau menggambar, sehingga dapat diartikan sebagai lelehan panas dari malam yang digunakan pada pabrik untuk membuat suatu pola.  Malam adalah zat padat yang berasal dari hasil metabolisme sekunder tumbuh-tumbuhan, berupa damar atau resin.  Fungsi malam pada batik adalah dapat tahan ketika mulai proses pewarnaan, yaitu tahap mulai penetrasi warna.  Corak yang dihasilkan maka akan menjadi permanen. Batik di Indonesia sudah ada mulai zaman kerajaan Majapahit, tetapi mulai terkenal pada abad ke-18 akhir dan abad ke-19.  Tepatnya pada dasawarsa 1970--1980 batik mencapai puncak kejayaan.  Batik yang baru terkenal pada saat itu adalah batik tulis, sedangkan batik cap dikenal setelah berakhirnya perang dunia ke-2 (tahun 1920an).  Proses pengerjaan yang masih tradisional menggunakan canting dan malam, itulah yang dinamakan batik tulis.  Era dan teknologi yang berkembang pesat telah memajukan corak batik menjadi khas di suatu daerah.  Beberapa diantaranya seperti batik pekalongan, batik solo, batik cirebon dan masih banyak lagi. Perkembangan sejarah batik mulai diikuti oleh kerajaan sesudah Majapahit.  Kerajaan Mataram kemudian diikuti kerajaan Solo dan Yogyakarta turut menggunakan tradisi membatik.  Kesenian membatik ini yang berarti menggambar diatas kain kemudian dijadikan sebagai pakaian.  Pakaian yang termasuk adalah pakaian yang biasa digunakan hanya pada lingkup keraton saja, seperti pakaian raja dan para pengikutnya.  Batik tersebut semakin berkembang karena pengikut raja yang tinggal di luar keraton, sehingga kesenian batik dikenal tidak hanya di dalam keraton saja. Rakyat terdekat pun mulai meniru kesenian batik, bahkan dijadikan pekerjaan yang hanya dilakukan wanita dalam mengisi waktu senggang di rumah.  Batik sudah semakin populer di masyarakat yang bukan lagi sebagai pakaian yang hanya ada di istana.  Semakin luasnya produksi batik maka kaum pria pun dapat mengerjakan dalam proses membatik.  Hingga saat ini hampir setiap daerah di Indonesia memiliki batik khas daerahnya masing-masing.  Batik setiap daerah berbeda-beda, karena memiliki corak atau motif  lambang yang memiliki filosofi tertentu pastinya.

Hal yang paling serius dalam menghadapi produksi batik saat ini yang semakin gencar adalah berkurangnya pengrajin batik tradisional.  Teknologi yang semakin mempermudah pekerjaan seperti proses printing atau canting listrik semakin menurunkan teknik tradisional dari membatik sendiri, khususnya batik tulis.   

Permasalahan bahwa bagaimana caranya untuk menjadikan batik tulis sebagai branded product yang benar-benar menghasilkan kerajinan yang sangat bernilai.  Aspek yang berkaitan adalah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) atau hak cipta motif batik harus ada perlindungan yang diberikan oleh pemerintah.  Pengrajin batik sudah semakin berkurang karena berbagai industri menggunakan alat dalam proses pengerjaan batik yang canggih dan modern.  Hak cipta motif batik pun sulit didapat, bahkan penciptanya pun tidak tahu.  Sangat miris jika kita bayangkan.  Batik akan tetap menjadi warisan budaya Indonesia, namun kesan tradisionalnya itulah yang sepatutnya dijaga.  Generasi berikutnya pun tetap dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan batik yang masih tradisonal sehingga tidak termakan oleh zaman dengan langsung menggunakan teknologi.

Sumber: http://www.leapidea.com/presentation?id=94

Waktu dari pengerjaan batik tulis cukup lama, yaitu sekitar 4-6 bulan hanya untuk satu lembar kain.  Oleh karena itu, produktivitas batik tulis sangat rendah dibandingkan dengan teknik printing.  Hal tersebut dilakukan agar investasi dalam dunia pasar dapat segera balik modal, sehingga pengerjaan yang cepat untuk memenuhi pesanan harus sesegera mungkin dilaksanakan.  Itulah yang menjadikan pengrajin batik tradisional semakin tidak dianggap keberadaannya.  Suatu branded product layak untuk batik tulis ini, selain menghargai usaha pengrajin batik tradisional dapat pula menjadi daya tarik dalam dunia fashion.  Berbagai hal harus diperhatikan, karena branded yang kuat maka akan membanjiri pasar.  Jadi diperlukan kemasan yang menarik serta kreatif untuk mengimbangi pasar bagi usaha kecil menengah.

Solusi lain bahwa dengan maraknya sistem belanja online, maka usaha batik tulis dapat semakin luas.  Perlu penggerak untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa batik tulis dapat menjadi pilihan fashion terkini.  Persaingan yang sangat ketat dari batik printing menjadi masalah yang utama.  Namun, apakah batik printing termasuk teknik batik yang selama ini dikenal?? Masih dalam pertanyaan.  Sistem online dapat memicu pemasaran yang lebih praktis, karena segala hal sudah serba modern dan praktis.  Keuntungan yang diperoleh pun dapat meningkat dengan belanja online ini.

Berbatik sudah menjadi trend di Indonesia sejak ada masalah ketika batik diklaim negara lain.  Bahkan beberapa institusi telah menerapkan hari berbatik.  Masyarakat sudah mencintai batik dengan sepenuhnya dan dengan kreasi berbagai model pakaian, batik pun dapat memiliki kesan formal hingga santai.   Batik harus tetap dilestarikan teknik pengerjaan yang tradisionalnya, agar masyarakat mengetahui dan mulai menghargai betapa sulitnya dan proses yang lama dalam mengerjakan satu kain batik.  Khususnya untuk batik tulis.

Kurang Brand, Masalah Utama Produk Ekonomi Kreatif
Kurang Brand, Masalah Utama Produk Ekonomi Kreatif

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun