Mohon tunggu...
salasa murni izha nurbayity
salasa murni izha nurbayity Mohon Tunggu... Lainnya - communication science'18

hobi menulis cita-cita jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perspektif Mahasiswa terhadap Penerapan New Normal

23 Juni 2020   17:02 Diperbarui: 23 Juni 2020   17:02 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo telah meminta masyarakat untuk bersiap menghadapi New Normal. New Normal merupakan sebuah kondisi kehidupan usai pandemi virus corona dengan berbagai protokol kesehatan yang berlaku.

Seperti yang sudah diterapkan oleh Pemerintah melalui juru bicara terkait dengan kasus penanganan virus Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, bahwa diharapkan dengan tatanan hidup sehat dan membudayakan pola hidup bersih ini dapat bisa beradaptasi dengan baik agar tercipta penerapan New Normal dengan semestinya dan bisa kembali seperti kehidupan semula.

Terkait rencana ini, sebanyak 1.800 objek pusat keramaian seperti mall dan tempat wisata akan dibuka kembali dengan ketentuan protokol kehidupan normal yang baru.

Tidak disebutkan di mana saja 1.800 fasilitas yang akan dibuka, namun Presiden Joko Widodo sempat menyebut akan mengerahkan TNI dan Polri di empat provinsi, 25 kabupaten dan kota yang akan menerapkan tatanan kehidupan normal baru.

Walau sudah menerapkan untuk stay at home, work from home, social distancing, physical distancing, penerapan PSBB, hingga lockdown lokal oleh masyarakat. Namun, kenyataannya keadaan ini tidak relevan yang menghasilkan masalah baru seperti menghambat penurunan laju infeksi Covid-19 di Tanah Air. Lalu bagaimana jika Indonesia menerapkan New Normal?

Bagi sebagian Mahasiswa, New Normal merupakan sebuah kabar gembira karena selama ini mereka melakukan kuliah di rumah atau kuliah online. Kuliah online atau kuliah di rumah membuat mereka merasa tidak nyaman dan tentunya kurang efektif. 

Contohnya saja seperti materi-materi yang disampaikan berbentuk PDF atau Power Point tanpa penjabaran dari Dosen secara langsung. Materi yang seperti itu sangat tidak efektif untuk beberapa mahasiswa, kebanyakan dari mereka mengeluh karena kurangnya mengerti akan materi-materi itu. Sehingga penerapan New Normal adalah kabar gembira untuk sebagian dari mereka.

Namun, dari sebagian Mahasiwa lain menilai New Normal adalah kabar yang kurang baik. Mengapa demikiran? Karena berdasarkan data kasus Covid-19 yang semakin meningkat menunjukan penerapan New Normal ini bukanlah suatu jalan keluar yang baik. 

Penerapan New Normal bisa saja membuat kasus ini berpotensi lebih meningkat dikarenakan fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan orang lain juga menjadi alasan mengapa sebaiknya kebijakan yang diambil ialah pembelajaran dengan tatap muka secara daring saja.

Keraguan-keraguan yang ada di masyarakat khususnya mahasiswa terhadap penerapan new normal ini bukanlah rasa pesimis. Namun ini merupakan sikap kehati-hatian yang diperlukan. Masyarakat berharap Pemerintah harus fokus dan bersungguh-sungguh atas kebijakan yang dibuat dan di dasarkan pula dengan hasil penelitian dari negeri sendiri.

Lelah rasanya jika negara berdaulat ini hanya mensiasati dari negara lain yang kondisinya tidak sama persis dengan Tanah Air. Maka memperbanyak riset dan mengedukasi masyarakat menjadi penting untuk terus dilakukan dan digencarkan. Terlebih untuk mahasiswa atau masyarakat agar selalu mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tetap menjaga kesehatan, memakai masker ketika keluar rumah, membawa Hand Sanitizer, serta menjaga jarak aman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun