Mohon tunggu...
Sharben Sukatanya
Sharben Sukatanya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Buta Sebelah Mata

26 Januari 2012   16:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13275967872099068553

Ibuku hanya punya sebelah mata, aku benci padanya karena dia selalu membuatku malu. Ibuku bekerja dengan memasak untuk murid dan guru guna mencukupi kebutuhan keluargaku.

Suatu hari ketika aku masih di sekolah dasar, ibu mendatangiku untuk mengucap salam. Aku begitu malu dihadapan teman-temanku, mengapa ibu melakukan semua itu. Kuabaikan dia dan melemparkan pandangan benci padanya sambil berlari.

Keesokan harinya, salah seorang teman sekelasku mengejekku dan berkata “eh…Ibumu itu hanya punya sebelah mata”. Aku sangat malu, hatiku sakit dan ingin mati rasanya dan aku ingin ibuku pergi dari kehidupanku.

Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan kukatakan padanya “lebih baik ibu mati saja, kalau hanya jadi sumber tertawaan di hadapan teman-temanku”. Ibuku tidak menjawab dan hanya diam, aku sama sekali peduli tentang apa yang telah kukatakan padanya.

Karena aku sangat marah dan kesal kepadanya dan aku tak peduli akan perasaannya saat itu, aku ingin pergi meninggalkan ibu, aku harus pergi dari rumah ini. Aku pun berlajar dengan giat dan berkesempatan belajar ke luar negeri.

10 tahun berlalu, aku menikah dengan gadis pilihanku dan membeli rumah. Aku pun merasa bahagia. Suatu saat ibu mengunjungi kami setelah bertahun-tahun tidak bertemu denganku dan ingin bertemu dengan istri dan anak-anakku.

Ketika ibuku berdiri di depan pintu, anak-anakku mengejek dan menertawakannya. Aku menghardik ibuku dan berkata padanya “apa yang ibu lakukan..? sungguh berani datang ke rumah ini untuk menakut-nakuti anakku, pergi dari sini sekarang…!!!” Ibuku lalu menjawab perlahan “maaf, saya salah alamat” dan dia pun pergi.

Suatu waktu, aku mendapat undangan reuni dari teman-temanku. Aku berbohong pada isteriku kalau aku ditugaskan keluar kota. Usai acara reuni, aku sempatkan diri mampir ke kampung untuk sekedar ingin tahu. Salah seorang teman menghampiriku dan mengatakan kalau ibuku sudah meninggal dunia.

Aku sama sekali tak merasa terharu dan kemudian salah seorang tetangga ibuku menyerahkan sepucuk surat padaku. Katanya surat dari ibuku, lalu aku membuka dan membaca surat itu :

Anakku tersayang, aku memikirkanmu sepanjang waktu. Maafkan ibumu ini karena pernah datang ke rumahmu dan menakuti anak-anakmu. Aku sangat gembira ketika mendengar kabar bahwa kamu akan datang ke acara reuni itu. Aku ingin bertemu denganmu, tapi aku tak bisa bangkit dari tempat tidurku. Maafkan ibumu ini yang telah membuatmu malu ketika kita masih bersama. Ketahuilah anakku…saat kau masih kecil, pernah mengalami kecelakaan yang membuatmu harus kehilangan mata. Sebagai seorang ibu, aku tak bisa berdiam diri dan membiarkanmu tumbuh dengan satu mata saja. Jadi kuputuskan untuk mendonorkan satu mataku kepadamu. Aku sangat bangga pada anakku karena telah memperlihatkan dunia yang baru untukku, di tempatku dengan mata itu dan bersama cintaku. Dari ibumu”

Mungkin sudah pernah anda baca sebelumnya, semoga selalu mencintai ibu kita dengan setulus hati dan penuh kasih sayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun