Mohon tunggu...
Shanti Agustiani
Shanti Agustiani Mohon Tunggu... Guru - Smart and Simple

Penulis, Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sirkus Nyonya Ohara

1 Desember 2020   10:00 Diperbarui: 2 Desember 2020   18:12 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahana berbentuk kemah besar itu semakin ramai oleh anak-anak dan orang tua yang menggandeng mereka. Suara musik bergema dari arena Trampolin, drumband pembuka yang berdentam memekakkan telinga, serta lampu warna-warni bekerlip gempita. Masyarakat desa menyambut Sirkus Fantasia dengan semangat membara setelah sekian lama vakum dari hiburan rakyat, dibungkam pandemi yang melanda dunia. Apalagi di sana ada pemain-pemain sirkus yang lucu, unik dan lihai melakukan akrobat. Hanya dua anak yang melangkah gontai, pulang dengan wajah menunduk lesu, mereka adalah Ara dan Bintang.

“Cepat pulang Kak… aku malu ketahuan teman-temanku!” Ara menarik lengan Bintang agar segera mengayuh sepedanya. 

Hari ini mereka berdua mengantarkan Ibu mereka, Nyonya Ohara untuk bermain sirkus. Kedua anak yang menjelang remaja itu tak suka dengan profesi baru ibu mereka, tetapi Nyonya Ohara mengatakan bahwa ini satu-satunya penyelamat ekonomi keluarga. Setelah ayah mereka lari dengan perempuan binal yang melubangi kantung dan dompet ayah mereka sedikit demi sedikit, hingga menyisakan hutang yang mesti dibayar oleh Nyonya Ohara ke rentenir. Lalu Ohara mengusir Fad, suaminya itu, untuk selamanya.

Sementara di wahana sirkus, Nyonya Ohara memperbaiki dandanannya, ia memakai make up tebal agar teman-teman Bintang dan Ara tak mengenali wajahnya,. Bibir Ohara dipoles lipstik tebal dengan ukuran yang melebihi garis bibir, pemerah pipi menyala dan blush on ungu membuatnya tampak menor sekaligus babak belur. Ini sesuai dengan perannya yang selalu menjadi korban di pentas sirkus, bulan-bulanan dan bahan tertawaan.

“Lihatlah nyonyah itu … dia wanita terjelek di dunia tapi lucu abiss” bisik seorang penonton kepada putrinya.

“Dia cantik, Ayah … please jangan sakiti hati wanita.” putrinya mendengus sembari mengunyah kacang rebus.

Nyonya Ohara menari di panggung dengan kipas dan perut besarnya, pipinya gembul, lengan besar yang tak proporsional melambai menyapa khalayak yang duduk mengitari panggung dengan gelak tawa. Setelah itu seorang badut menggodanya, membuatnya beberapa kali terjatuh dan marah-marah. Penonton semakin terbahak-bahak menertawakan sebuah perundungan di pentas istimewa. Dari rumah, Ara masih sibuk mengusap air mata yang terus mengalir di bantal kapuknya.

***

 “Bukankah seharusnya ibu opreasi tumor?” tanya Bintang selepas ibunya pulang dari pekerjaannya.

“Tak ada biaya, sekolah kalian lebih penting.“

“Bintang ndak usah sekolah Bu, biar Ara aja.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun