Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pernahkah kamu merasakan bahwa ibadah yang kamu lakukan itu belum benar-benar memuaskan hatimu? Atau mungkin merasa ada sesuatu yang hilang dari ibadah yang sudah kamu lakukan selama ini? Nahh, Salah satu faktor utama agar ibadah kita diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan memberikan manfaat bagi diri kita adalah keikhlasan.
Keikhlasan adalah niat tulus dalam menjalankan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tanpa berharap imbalan selain keridhaan-Nya. Banyak hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengajarkan kita tentang pentingnya keikhlasan.
Pengertian Ikhlas
Ikhlas biasanya diartikan sebagai ketulusan hati atau kemurnian niat. Dalam konteks beribadah, ikhlas berarti melakukan suatu aktivitas ibadah hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala tanpa mengharapkan pujian, imbalan dunia, atau perhatian dari orang lain.
Istilah Ikhlas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai: hati yang murni (kemandirian); tulus perasaan (ketulusan) dan kesiapan. Sementara itu, dalam bahasa Arab, kata ikhlas berasal dari istilah yang berarti tanqiyah asy-syai wa tahdzibuhu (mengosongkan dan membersihkan sesuatu). Ikhlas adalah bentuk masdar dari istilah yang secara harfiah berarti yang tulus, yang jujur, yang bersih, yang murni, dan yang jelas (shafa), naja wa salima (selamat), washala (sampai), dan i'tazala (melepaskan diri), atau merujuk pada perbaikan dan pembersihan sesuatu.
Dari sisi etimologi, kata ikhlas dapat diartikan sebagai membersihkan (bersih, jernih, suci dari kontaminasi atau pencemaran, baik yang bersifat fisik maupun non fisik). Dalam konteks terminologi, ikhlas berarti kejujuran hamba dalam keyakinan atau akidah dan tindakan yang sepenuhnya ditujukan kepada Allah. Istilah ikhlas dalam Kamus Istilah Agama dijelaskan dengan makna batiniah.
Mengapa Ikhlas Sangat Penting? Karena,
Perbuatan yang dilakukan dengan tulus akan dicatat sebagai amal ibadah yang disetujui oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan bisa meningkatkan pahala; Seseorang yang tulus hatinya akan merasakan ketenangan dan kedamaian, karena tidak dibebani oleh keinginan untuk dipuji (riya) atau takut akan kritik dari orang lain; Ini merupakan tanda cinta dan ketaatan seorang hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Hadis tentang Keikhlasan
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضّيَ اللّهُ عنه قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللّه صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيّاتِ - وَفِيْ رِوَايَةٍ : بِالنِّيَّةِ - وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللّهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَا جَرَ إلَيْهَ.