Mohon tunggu...
Shanan Asyi
Shanan Asyi Mohon Tunggu... Dokter -

Seorang dokter umum sekaligus penulis jurnal kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lahirnya Sang Buah Hati

10 Mei 2017   23:02 Diperbarui: 11 Mei 2017   00:48 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

BAB 1

            Pukul 03.00. Aku ingat sekali waktu aku menemani proses persalinan cecek ku, bersama suaminya dan adikku. Jam 03.00 setelah melewati persalinan yang cukup hebat dan lama akhirnya Jabang bayi itu keluar. Kulitnya bewarna hitam manis seperti ayahnya, matanya persis seperti ibunya, dan yang paling khas adalah hidungnya, sesuatu yang mungkin kopian dari kakeknya.

            Aku melihat sang ayah menggendong bayinya lantas perlahan mendekatkan bayi itu ke ibunya. Air mata ibunya turun, mungkin hari itu menjadi hari paling bahagia bagi kedua pasangan tersebut.

            Bayangkan enam tahun sudah, enam tahun lamanya setelah mencoba menempuh segala cara dan pengobatan, akhirnya yang mereka inginkan terwujud. Seorang putra, yang benar-benar proyeksi dari kedua orang tuanya.

            Tangan adikku yang baru berumur 6 tahun mencengkramku kuat, mungkin ini pertama kali baginya melihat kejadian seperti ini. Di mana kebahagiaan tumpah ruang di sebuah ruangan berukuran 3x3. Aku hanya tersenyum kepadanya, yang tanpa aku sadari, air mataku juga turun.

            Esoknya diadakan pesta besar-besaran. Kambing dipotong, nama diberikan. Kenduri besar yang mengundang seluruh kampung. Kuah kari kambing khas Aceh disiapkan dengan banyak. Semua senang, hari yang membahagiakan.

            “Jadi gimana perasaanmu sekarang Sulton?” tanya pak keuchik kepada Sulton yang wajahnya terus dipenuhi kebahagiaan. “Nama apa yang kau berikan untuknya?”

            “Senang sekali pak, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya” katanya dengan wajah yang berbinar. “Mengenai nama, aku menamakannya Cut Agam.”

            “Pintar sekali kau beri nama anakmu, dari mana kau dapat inspirasi.”

            “Dari mimpiku tadi malam pak.”

            Mutia keluar dari dalam rumah dan membawa anaknya mendekati ayahnya. “Liat ini ayah kamu Agam, ganteng seperti kamu ya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun