Mohon tunggu...
Farhad Shameel Abdullah
Farhad Shameel Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - TO BE AN IRRATIONAL MODE

Portofolio Review shameelabdullah.farhad@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aktivisme Sosial Remaja di Antara Budaya dan Kritis

5 Agustus 2020   19:17 Diperbarui: 5 Agustus 2020   23:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tetap saja meski gerakan ini berhasil mensabotase politisasi Trump terhadap kebijakannya, namun pendekatan yang dilakukan ini sering kali sebatas hanya mengkampanyekan dan memuat suatu isu dalam beberapa waktu tak terduga menjadi topik pembahasan. Sebenarnya pada kasus-kasus lain, remaja sebagai pengakses mayoritas platform sosial media sudah ramai menggunakan cara ini dalam menyampaikan aspirasi mereka namun dari sekian banyak itu efektifas gerakan yang di timbulkan cenderung pasif dan gampang di gantikan dengan isu baru yang secara tidak langsung memotong alur kampanye pada sosial media. 

Pencapain besar yang dilakukan oleh kolompok remaja ini di dukung oleh faktor bagiaman budaya telah dapat menghegemoni dan menyatukan setiap individu dalam bertindak dan berekspresi. Seperti yang diutarakan oleh Storey konsep cultural studies yang tidak bisa dilepaskan dari unsur politis dan pembangunan kritis bagi kelompok budaya baik subkultur maupun conterkultur sangat kuat akan menjadi suatu elemen kuat gerakan kolektif bisa cepat muncul ke permukaan isu.

Saya rasa perlu ada keselarasan proses pengumpulan massa dalam menghegemoni permasalahan dalam satu isu yang sama menjadi instrumen baru yang dapat dilakukan kelompok gerakan masif dalam memberikan kritik terhadap kinerja disetiap negara. Memanfaatkan budaya populer dan kreatifitas yang dominan bisa menjadi cara yang lebih efesien dalam melancarakan gerakan sosial sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

Kesimpulan
Identias remaja sebagai generasi muda yang memiliki dominasi di dalam paltform sosial media menjadi gerakan yang unik dan progresif dalam menyikapi fenomena yang terjadi disekitarnya. Perubahan budaya dan kontestasi yang muncul menakibtakan pemanfaatan efektif dan efesien kehiduapan pribadi mereka menjadi gerakan kolektif dalam membahas suatu isu yang menjadi keresahan mereka.

Keterwakilan dalam situasi serta kesamaan dalam budaya yang memberikan stimulus tambahan dalam mengeskpresikan suatu gagasan menjadi elemen penting bagaimana generasi ini memiliki cara tersendiri memberikan kritis menuntutu perubahan untuk keluar dari kondisi yang secara kolektif memiliki ketidak setujuan dalam satu hal yang sama. Cultural studies sebagai elemen kritis sebagai proses terbentuknya gerakan sosial berbasi aktifitas di sosial media.

Fenomena ini menjadi bukti bahwa budaya dan industri memiliki keterkaitan dalam membentuk pola pikir dan gaya hidup yang sesuai dengan ketertarikan ini. Fungsi budaya menjadi jalan yang lebih mudah untuk di lakukan dalam mencapai gerakan yang diinginkan serta sebagai medium yang cukup efektif dalam menjangkau generasi muda tersebut. Meski bersifar tidak terduga dan sukar untuk memprediksi gerakan berbasis sosial media ini memang sangat membutuhakn peranan dan momentum yang pas dalam melancarkan keterwakilannya.

Tetapi bukan berarti gerakan ini dapat memberikan solusi untuk mengubah tatnan sosial dan negara yang ingin dirubah, banyak faktor yang perlu di lihat baik pendorong maupun momnetum yang pas serta pemetaan polarisasi generasi muda yang berada pada tahap perkembangan perlu di perlihara dan dilakukan konsolidasi secara tepat supaya pemanfaataan dan capaian yang diinginkan dapat terwujud sesuai dengan tujuan dan kepentingan bersama yang disepakati.

DAFTAR PUSTAKA
Barker, Chris. 2011. Cultural Studies : Teori dan Praktek. Bantul: Kreasi Wacana.

Laksono, Puji, Drajat Tri Kartono, and Argyo Demartoto. 2015. "Subkultu Grunge (Analisis Kritis Tentang Konstruksi Realitas Sosial dan Kesadaran Kritis Musisi Grunge di Kota Surabaya)." Jurnal Analisa Sosiologi 17 - 31.

Pertiwi, Cita. 2017. "Subkultur Anak Muda Penggemar Budaya Populer ." Jurnal Sosiologi FISIP Unair.

Pilian, Yasraf Amir. 2011. Dunia Yang Dilipat : Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung: Matahari.

Storey, John. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode. Yogyakarta: Jalasutra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun