Mohon tunggu...
Farhad Shameel Abdullah
Farhad Shameel Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - TO BE AN IRRATIONAL MODE

Portofolio Review shameelabdullah.farhad@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aktivisme Sosial Remaja di Antara Budaya dan Kritis

5 Agustus 2020   19:17 Diperbarui: 5 Agustus 2020   23:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak terkecuali di negara Amerika Serikat akumulasi kasus penyeberan virus yang belum bisa dikendalikan secara stabil, yang akibatnya mengancam krisis di berbagai bidang (terutama di bidang ekonomi) serta maraknya isu rasial membuat kondisi di negara amerika rentan akan kerisuhan dan krisi nasional.

Akumulasi permasalahan yang menjadi topik hangat di sana sangat berimbas terhadap penilaian kinerja parlemen yang di nilai belum bisa secara optimal memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warganya. Presiden Trump pun menjadi sorotan utama akan kegagalan mereka dalam mengendalikan krisis yang melanda yang pada dampaknya pengaruh kegiatan politiknya menjadi tergerus dan megurangi kepercayaan publik terhadap parlemen yang ia pimpin.

Dalam menyikapi ini pada hari Sabtu tanggal 20 Juni kemarin Trump beserta tim kampanyenya berencana mengadakan kampanye di Tulsa, Oklahoma. Rencana ini di lakukan sebagai antispasi serta tindakan politisnya serta dalam rangka mengkampanyekan bahwa Pemerintah Amerika sudah berhasil mengontrol dan menerapak "new normal" serta sebagai kampanye bahwa Amerika telah berhasil dan menangani krisis yang melanda negeri mereka.

Dalam perkembanganya tim kampanye mereka sangat optimistis dikarenakan secara tak terduga peserta yang mendaftar secara online untuk mengikuti kampanye trump tersebut diklaim mencapai 1 juta orang pendaftar.

Timnya segera menyewa gedung terbesar di kota itu. Gedung itu berkapasitas 19 ribu orang. Karena besarnya antusiasme, orang-orang pribadinya juga mempersiapkan arena diluar gedung yang bisa menampung puluhan ribu orang. Mereka bersiap untuk setidaknya seratusan ribu orang akan datang ke kampanye Trump ini. 

Kalau ini terjadi, kampanye ini akan menjadi 'show of force' untuk Trump. Dia bisa mendeklarasikan bahwa virus Corona bisa dikalahkan, ekonomi bergerak lagi. Tetapi berita baiknya hanya sampai sehari sebelum acara. Diktui dari cnnindonesia.com penggemar K-Pop dan pengguna TikTok menyabotase kampanye presiden Amerika Serikat Donuld Trump dengan cara memesan tiket fiktif. Sabotase ini berawal dari cuitan kampanye Trump pada 11 Juni mendesak orang untuk daftar menggunakan ponsel untuk mendapatkan tiket gratis.

Kemudian secara kolektif para penggemar K-Pop membagikan informasi terkait ke pengikut mereka untuk mendapatkan tiket tersebut namun mereka malah di himbau untuk tidak hadir pada kampanye tersebut. Setelah ditelusuri ternyata pelaku utama dari aksi sabotase tersebut ialah seorang nenek dari Iowa, Mary Jo Laupp menjadi pelaku utama sabotase kampanye Trump di platform sosial media terutama di TikTok. 

Sebab pada 11 Juni ia mengunggah video Tiktok yang mendorong orang untuk berpura-pura memesan tiket dan tidak datang ke kampanye tersebut. "saya merekomendasikan kepada kita semua yang ingin melihat auditorium dengan 19 ribu kursi in yang hampir tidak terisi, pesanlah tiket sekarang, dan biarkan dia berdiri sendiri di sana sendirian di atas panggung" ujar Laupp dalam video TikToknya.

Seperti dikutip melalui cnnindonesia.com, Laup awalnya membuat video tersebut sebaga bentuk protes kepada Trump karena awalnya kampanye digelar bertepatan dengan peringatan Juneteenth yang manandakan akhir perbudakan di AS pada 19 Juni.

Media umumnya mengatakan bahwa orang masih takut akan virus. Tim kampanye Trump mengharuskan orang untuk menandatangani surat untuk tidak menuntut kalau terinfeksi virus Corona. Tim kampanye Trump sendiri menyalahkan adanya protes yang bikin orang takut dan mereka yang sudah datang dihalangi orang masuk ke arena kampanye. Namun para wartawan yang ada disana membantah ada protes yang menghalang-halangi orang datang ke arena kampanye.

Inilah jawaban para remaja ini terhadap Trump yang selalu mencap media yang tidak sesuai dengan keinginannya sebagai 'fake news.' Hal yang sama sekali tidak diharapkan bahwa lawan mereka adalah para remaja,   anak-anak ini adalah juga pemilih pemula. Mereka adalah Generasi Z yang hidup lebih banyak di dunia virtual dari pada dunia nyata. Saya melihat beberapa posting mereka yang melakukan 'victory lap' dan saling memberi selamat. Mereka mengatakan, ini sumbangan terpenting yang telah dilakukan Class 2020 (artinya anak SMA yang lulus tahun ini) kepada Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun