Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... Jurnalis - Kuli Kata

Pejalan Sunyi, menulis dalam gelap.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alam dan Budaya dalam Genggaman Ego

7 Desember 2022   23:27 Diperbarui: 7 Desember 2022   23:32 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejatinya alam dan manusia adalah saling melengkapi. Manusia diciptakan setelah alam raya membentang luas. Salah satu tugas manusia ialah menjaga alam dari segala bentuk kerusakan. Alam ini merelakan segala isinya untuk manusia bertahan hidup, bahkan hingga mati di sanalah ruang gelap tempat tubuh manusia di gerogoti belatung.

Manusia berkembang atas saripati bumi yang disediakan Tuhan. Tidak ada larangan untuk memanfaatkan segala kandungan alam. Hanya saja manusia sering berlebihan. Tak cukup hanya penghalau lapar dan dahaga.Celakanya lagi, dampak eksploitasi tersebut sudah sering celakai manusia itu sendiri.

Hubungan alam dan manusia sudah hampir ditutupi dengan hingar bingar kenikmatan dunia. Gemerlap cahaya buatan manusia telah menyilaukan mata mereka sendiri. Tanpa ia sadari bahwa alam sejatinya adalah buah cinta dari pencipta : yang telah menyandingkan mereka berdua. Sungguh tidak diuntung.

Banyak dari manusia yang telah menemukan filosofi kehidupan dari tanaman atau persembahan bumi lainnya.Tetapi tidak dalam hati, meski telah dipelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Alih-alih menjaga alam, manusia saat ini lebih banyak diuntungkan. Alam hanya jadi alat untuk mencapai hasrat manusia. Simbiosis mutualisme kini hanya didapati dalam lembaran-lembaran kertas. Sepertinya parasit lah yang semakin eksis menemani manusia abad ini.

Bahaya eksploitatif  ditutupi dengan pundi-pundi rupiah, emas dan permata. Kerusakan alam hanya jadi kampanye di tengah-tengah kerlap kerlip lampu kota.

Bayangkan saja, beberapa sumber penelitian menyebutkan bahwa dalam seratus tahun suhu di bumi meningkat hingga 0,74 derajat celcius. Modernisasi dan perkembangan industri pun kerap kali jadi kambing hitam.Tanpa kita melihat nahwa dunia modern adalah buah tangan manusia.

Tanda-tanda ketidak seimbangan ekosistem mulai di rasakan manusia, menjadi bibit kecemasan yang bercokol di tepian benak. Gejala pemanasan global (global warming) semakin nyata, semakin tak bisa disanggah kebenarannya.

Ini gambaran kecil tentang bagaimana manusia menjalani perannya bersama alam yang katanya ibu bagi mereka. Manusia ingkari kodratnya, katanya "sesuatu yang berlebihan itu tidak baik" tetapi kenyataannya hal itu berbanding terbalik.

Budaya Turut Dieksploitasi

Setiap kebudayaan yang dimiliki manusia pada hakekatnya terdiri dari unsur-unsur kebudayaan universal. Koentjaraningrat (1985: 203).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun