Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Satu Pot Tanaman pun Cukup

5 November 2014   15:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415151902454604400

[caption id="attachment_372039" align="aligncenter" width="455" caption="Siklus Oksigen - Sumber : http://www.ducksters.com/science/ecosystems/oxygen_cycle.php"][/caption]

Manusia disamping mahluk hidup lain adalah pelanggan tetap penggunaan oksigen dari alam. Manusia bisa bertahan tanpa air selama tiga hari dan tanpa makananan selama empat minggu tapi tanpa oksigen maka dalam beberapa menit saja manusia akan mati. Sedemikian besarnya ketergantungan manusia pada pada oksigen melebih kebutuhan pada bahan pokok.

Oksigen adalah zat yang berlimpah di alam yaitu kira-kira 20.9 % dari unsur yang ada di atmosfir bumi.  Pada temperatur dan tekanan standard, oksigen tersedia dalam bentuk dioksigen yang digambarkan dengan O2. Terdapat alotrop oksigen lainnya yang lebih dikenal dengan nama Ozon (O3)yang melindungi biosfir dari radiasi ultraviolet. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan oleh ganggang di laut dan tumbuhan didarat selama proses fotosintesis. Persamaan kimia sederhana untuk fotosintesis adlaah :

6CO2 + 6H2O +foton→C6H12O6 + 6O2

Terlihat bahwa 6 molekul karbondioksida dan 6 molekul air ketika berfotosintesis dengan bantuan cahaya  ultraviolet akan menghasilkan 6 molekul Oksigen.

Dengan demikian maka tak selayaknya manusia hanya mengeksploitasi oksigen dari alam tanpa ada upaya untuk mengembalikan oksigen yang digunakannya. Bagaimana cara mengembalikan oksigen ke alam ? Yaitu dengan memperbanyak terjadinya proses fotosintesa dengan memelihara tanaman penghijauan baik dalam bentuk pohon pelindung, pohon buah atau tanaman berbunga.

Selayaknya setiap kawasan pemukiman mempunyai target jumlah pohon dan tanaman untuk menopang kebutuhan oksigen dalam satu kawasan.  Satu kawasan hunian dalam satuan kota, kecamatan, desa, RW, dan RT, dan setiap rumah harus mempunyai target minimal tanaman penopang. Misalkan dalam satu desa harus mempunyai pohon dengan ketinggian minimal 25 meter (beringin, mahoni) sebanyak 25 pohon dan pohon minimal 10 meter sebanyak 100 pohon. Demikian pula dalam satu RT paling tidak harus mempunyai 1 pohon dengan ketinggian minimal 25 meter dan 10 pohon dengan ketinggian minimal 10 meter.

Pohon bisa ditanam dalam pekarangan rumah, di trotoar, di pinggir lapangan dan fasilitas umum, atau dalam kawasan taman dalam kompleks hunian. Setiap rumah yang ada agar tidak menutup habis pekarangannya dengan bangunan dan menyisakan untuk ditanami dengan pohon. Jika ukuran tanah sudah terlalu kecil dan tak ada lagi yang tersisa untuk ditanam pohon, maka sebaiknya memelihara tanaman dalam pot. Pot dengan diameter 30 cm bisa ditanami denan tanaman yang ketinggiannya bisa mencapai 2-3 meter. Jika ruang untuk tanaman ini juga tak ada, maka pot sebesar gelas pun cukup untuk ditanami dengan tanaman kaktus mini. Kalau ini juga tak dilakukan maka orang harus merasa malu kepada alam, yang telah memberikannya oksigen melimpah meskipun orang tersebut tak pernah melakukan upaya untuk mengembalikannya.

Sesuatu yang banyak dan melimpah sering tidak dihargai keberadaannya. Apakah manusia harus menunggu saat dimana oksigen menjadi komoditas terbatas dan harus membayar oksigen untuk setiap nafas yang dihirup baru kemudian manusia akan melakukan segala upaya untuk memproduksi oksigen ? Sekalipun Jika setiap hirup oksigen harus dibayar dengan biaya 1 rupiah, maka tak akan ada orang kaya yang sanggup untuk membayar semua oksigen yang digunakannya.

Sumber gambar : http://www.ducksters.com/science/ecosystems/oxygen_cycle.php

Siklus Oksigen

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun