Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengapa Jadi Bodoh di Skandal Ruang Guru

22 April 2020   02:45 Diperbarui: 22 April 2020   13:36 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Alkisah pemerintah Negara Tekong membutuhkan 20 gedung kantor untuk berbagai institusi yang baru didirikan. Maka sibuklah KSP, Menko sini, Menko situ, Menko morat marit mengadakan rapat berulang-ulang termasuk Bavel seorang stafsus presiden negara Tekong yang kebetulan juga seorang raja rental real estate RuangGedong. 

Untuk menghindari konflik kepentingan maka Bavel tak pernah menghadiri rapat berkaitan dengan rencana kebutuhan Gedung kantor tersebut, meskipun demikian staf nya di RuangGedong selalu dikirim untuk hadir, dan Ketika diminta memperkenalkan diri selalu menyebut, kami team dari mas Bavel yang jadi staf khusus presiden yg diminta membantu dalam pengadaan kebutuhan Gedung kantor tersebut.

Entah bagaimana prosesnya, ujungnya publik negara Tekong dapat berita bahwa RuangGedong dapat proyek 5.6 trilyun dari menyewakan berbagai gedung yang dikelolanya. Banyak orang meributkan berbagai hal tersebut karena dianggap Bavel menggunakan pengaruhnya untuk dapatkan proyek tersebut. 

Bahkan akhirnya Bavel menyatakan mundur dari stafsus meskipun tak jelas apakah perusahaannya RuangGedong juga ikut mundur dari proyek untuk kebutuhan kantor tersebut. Banyak gossip beredar tentang skandal ini termasuk gossip apakah ada orang-orang di lingkaran kekuasaan yang juga mendapatkan keuntungan dengan diberinya proyek kantor tersebut kepada RuangGedong.

Drama berlanjut sampai akhirnya seseorang iseng bertanya. Andaikan pemerintah negara Tekong bukannya menyewa dari RuangGedong dengan biaya 5.6T tapi membangun sendiri kantornya dengan menyewa konsultan dan kontraktor maka berapa sebenarnya biayanya ? Kagetlah jagat semesta Ketika tahu bahwa ternyata biaya membangun 20 kantor tersebut hanya 200 milyar. Jika membangun sendiri dan jadi milik sendiri hanya butuh dana 200 milyar mengapa harus menyewa dengan biaya 5.6 trilyun ?

Tak perlu berotak jenius untuk mengkonversi analogi diatas ke skandal Ruang Guru yang jadi issue nasional. Publik seharusnya langsung saja bertanya, berapa sebenarnya biaya mendirikan platform tersebut dari pada menyewa kepada pihak ketiga ?

Platform ruang guru sebenarnya mirip dengan platform online serupa di seluruh dunia yg sudah berusia lebih lama. Platform udemy sudah berdiri tahun 2010 sedangkan Ruang guru didirikan tahun 2014. Udemy sudah mempunyai sekitar 40 juta siswa sedangkan Coursera yang berdiri tahun 2012 sudah mempunyai sekitar 47 juta siswa dari seluruh dunia. Ide virtual learning sendiri bahkan bisa dilacak Kembali sejak tahun 1960 dan banyak korporasi di seluruh dunia sudah mempunyai sistem dan platform untuk e-learning.

Kembali kepada pertanyaan awal, berapakah sebenarnya biaya mendirikan platform tersebut ? Biaya tersebut sebenarnya bervariasi tapi satu yang pasti, bahwa total biayanya tak akan melebihi 1 trilyun rupiah. Berikut komponen biayanya :

  • Membangun platform digital : 50jt-2 milyar rupiah tergantung kompleksitasnya. Platform bisa didevelop atau membeli lisence platfom serupa yang sudah ada, jadi tak perlu menunggu berbulan dan bertahun, cukup beli dan jalan, lengkap dengan biaya maintenance nya
  • Content dari platform digital : antara 0-20 milyar rupiah, tergantung dari skemanya. Jika ingin skema 0 maka itu bisa dilakukan dengan sharing revenue yang didapatkan dengan content developernya. Tapi jika dilakukan oleh pemerintah maka sebaiknya pemerintah cukup membeli content dari content provider baik dari individua atau Lembaga yang sudah punya berbagai channel di social media untuk berbagai bidang kursus. Bahkan artis spt Ayu Ting-ting sudah punya banyak content yang gratis di akun social medianya.

  • Untuk content, pemerintah bisa memberikan bayaran 1 juta rupiah untuk setiap content. Jadi dengan dana 20 milyar rupiah maka didapatkan 20.000 jam kursus. Jika satu subyek mata kursus rata-rata 100 jam maka bisa didapatkan 200 mata kursus mulai dari computer sampai dengan memasak dan menjahit.  Mekanismenya sederhana cukup mengundang para yotuber yg sudah mempunyai berbagai channel dan diajak Kerjasama baik dengan membeli content mereka atau minta dibuatkan content. Bisa dilakukan seleksi, content yg lolos yg akan dibayar.  Akan berlimpah yang mau jika 1 mata kursus dengan 100 jam dihargai 100 juta rupiah.

  • Infrastruktur, support dan maintenance tak membutuhkan banyak biaya. Biaya yg harus dikeluarkan antara lain adalah sewa cloud untuk menyimpan content, membayar tim support yg cukup terdiri dari 5 orang, admin 5 orang. Dengan gaji 15 juta per bulan maka hanya butuh anggaran kurang dari 1 milyar per tahun termasuk sewa kantor dan cloud. Buatlah kontrak 5 tahun maka hanya butuh 5 milyar rupiah

Dari 3 komponen utama diatas maka terlihat tak butuh biaya lebih dari 30 milyar untuk 5 tahun. Andaikan angka ini dilipat kali 3 pun masih kurang dari 0.1 trilyun, jauh dari biaya 5.6T

Orang yg tak bisa bedakan mana yang lebih besar antara 0.1 trilyun dan 5.6trilyun adalah bukan manusia bodoh, tapi manusia serakah yg rela uang rakyat dihamburkan berlipat lebih mahal dari biaya yang seharusnya jauh lebih murah untuk dikeluarkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun