Mohon tunggu...
Shafira Yuna Azzahra
Shafira Yuna Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Film and Television student of Universitas Pendidikan Indonesia

Film and TV student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tahapan Berduka (Grieving)

22 Maret 2021   16:41 Diperbarui: 22 Maret 2021   16:52 4333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semua di dunia ini tidak ada yang abadi. Begitu juga dengan orang-orang yang kita cintai di hidup kita ini. Manusia terlahir di dunia dan akan datang hari dimana mereka juga akan meninggalkan dunia. Namun tentu selama hidupnya sebagai makhluk sosial, ia membangun berbagai macam koneksi dengan manusia lain; mungkin itu keluarga, teman, atau bahkan musuh sekalipun. 

Saatnya seorang manusia pergi akan membekas dalam pada kehidupan mereka yang menganggap sesosok itu spesial di hidupnya. Mungkin beberapa dari kita pernah mengalami kehilangan sosok spesial itu dimana berbagai emosi bercampur aduk sampai kita merasa tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup.

Namun patut diketahui bahwa apa yang Anda rasakan itu normal. Apa yang Anda rasakan ini dalam psikologi disebut dengan grieving atau berduka. Grief merupakan sebuah respon ilmiah yang dirasakan oleh manusia setelah mereka mengalami suatu peristiwa kehilangan sesuatu atau seseorang yang  sangat berpengaruh dalam hidup mereka. Emosi yang ditimbulkan akan berbeda untuk setiap orang, bisa berupa kesedihan, kehampaan, kesepian, atau bahkan sampai amarah.

Menurut Kübler-Ross & Kessler (2009), seseorang yg sedang dalam kondisi grieving ini akan melalui lima tahap sebelum ia dapat kembali ke kondisi yang lebih sehat. Tahapan berikut merupakan:

  1. Tahap Penolakan
    Tahap awal ini terjadi saat kepergian sosok penting  tersebut mulai disadari oleh kita. Keadaan kita di tahapan ini akan masih shock dan masih belum percaya akan apa yang telah terjadi. Shock dan penolakan akan realita ini merupakan sebuah mekanisme pertahanan manusia untuk bisa menjalani hidup. Dengan itu seseorang akan mulai mencari jalan alternatif sebagai solusi mereka untuk bertahan hidup.

  2. Tahap Kemarahan
    Pada tahap kedua ini seseorang akan mulai mempertanyakan "Kenapa ini harus terjadi kepada saya?" dan frustasi dengan apa yang terjadi pada diri mereka. Kemarahan selalu dipandang sebagai emosi yang negatif, namun tanpa kita sadari dalam proses berduka ini, kemarahan membantu kita untuk lebih mengatur pikiran dalam membangun ulang struktur kehidupan baru setelah peristiwa kepergian yang telah terjadi.

  3. Tahap Tawar-Menawar
    Setelah menjalani tahap kemarahan, seseorang akan mulai membuat skenario alternatif dari kejadian dalam hidupnya atau pikiran-pikiran irasional seperti "Kalau saja hal ini tidak terjadi" karena belum bisa menerima realita. Pikiran-pikiran tersebut dijadikan sebuah pelarian seorang yang berduka dari realita dunia yang mereka anggap menyedihkan.

  4. Tahap Depresi
    Menyadari bagaimana semua skenario yang ia pikirkan tidak akan mungkin terjadi, seorang akan mengembalikan pikirannya lagi ke masa kini dan merasakan kesedihan dari realita yang sebenarnya. Di tahap ini seorang akan merasakan emosi yang mendalam di dirinya.

  5. Tahap Penerimaan
    Lalu seorang akan hadir pada tahap terakhir, yaitu penerimaan. Tahap ini tidak selalu berakhir dengan orang yang sudah bahagia dengan keadaannya, melainkan mereka mungkin masih bersedih dengan kepergian tersebut namun sudah bisa menerima bahwa kehidupan harus terus berlanjut. Disini mereka mulai bisa membangkitkan diri mereka untuk melanjutkan kehidupan mereka lagi.

Dari tahap-tahap di atas, semua orang akan mengalami pengalaman yang berbeda dengan jangka waktu yang juga berbeda-beda; mungkin mereka akan lebih menerima lebih cepat atau mungkin mereka akan membutuhkan waktu yang sangat panjang sampai bertahun-tahun untuk pulih. Namun patut kita ketahui bahwa dengan kita memahami emosi kita, kita dapat lebih memahami bagaimana kita melalui tahapan-tahapan tersebut untuk mencegah dampak grieving yang lebih mendalam lagi seperti contohnya depresi.

Referensi:
Kübler-Ross, E., & Kessler, D. (2009). The five stages of grief. In Library of Congress Catalogin in Publication Data (Ed.), On grief and grieving (pp. 7-30).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun