Mohon tunggu...
Shafira Tricahyani Wibowo
Shafira Tricahyani Wibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Kedokteran Hewan

Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada Hewan Ternak

15 Mei 2023   21:00 Diperbarui: 15 Mei 2023   20:56 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit kulit menggumpal atau Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit serius yang  menginfeksi kulit sapi yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). LSDV merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus atau famili Poxviridae yang bersifat non zoonosis atau tidak menular kepada manusia. Penyakit Lumpy Skin Disease ini hanya menyerang sapi, kerbau, dan ruminansia besar lainnya. Sampai saat ini, penyakit LSD ini tidak ditemukan di kambing dan domba.

Lumpy Skin Disease merupakan penyakit eksotis yang pertama ditemukan di Afrika pada tahun 1929. Penyakit ini lalu terus menyebar di Benua Afrika dan Eropa. Penyakit ini mulai masuk ke Asia pada tahun 2019, ditemukan di China dan India dan terus menyebar ke beberapa negara Nepal, Myanmar, Vietnam, Thailand, Kamboja. Tahun 2022 lalu penyakit Lumpy Skin Disease ini ditemukan pertama kali di Indonesia lebih tepatnya di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau pada 9 Februari 2022. 

Gejala awal dari penyakit ini adalah munculnya benjolan berukuran sekitar 1-7 cm pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut. Selain benjolan, sapi yang terinfeksi Lumpy Skin Disease ini juga mengalami demam lebih dari 40,5oC, kehilangan nafsu makan, lesu, mengalami penurunan produksi susu, kerusakan kulit sehingga menyebabkan tubuh sapi menjadi kurus.. Lumpy Skin Disease merupakan penyakit yang dapat menular, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Penularan LSD secara langsung ini melalui darah, mata, air liur, dan susu. Sedangkan untuk penularan secara tidak langsung bisa melalui peralatan dan perlengkapan yang sudah terkontaminasi virus LSD sebelumnya seperti pakaian kandang, peralatan kandang, jarum suntik yang tidak steril dan digunakan berulang kali lalu pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi virus LSD. 

Virus ini juga menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk, lalat, dan bersifat intra uterine. Lumpy Skin Disease ini ditularkan secara intra uterine, yaitu ditularkan dari induk sapi yang terinfeksi ke anak sapi melalui sekresi air susu dan kulit yang luka. Faktor tersebut dapat menyebabkan penyebaran penyakit dengan sangat cepat dan peternak cenderung terlambat untuk mencegahnya. Perpindahan atau lalu lintas hewan ke daerah lain juga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ke wilayah yang lebih luas karena tidak mengetahui sebelumnya hewan sudah terinfeksi LSD ini atau belum. 

Diagnosis Lumpy Skin Disease di lapangan diawali dengan pengamatan gejala klinis dan didukung dengan data historis di lokasi kejadian. Diagnosa LSD ini hanya dapat dikonfirmasi melalui pengujian di laboratorium. Uji laboratorium yang umum digunakan untuk kasus LSD ini adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Sampel yang digunakan untuk uji adalah sampel dari lesi kulit. Selain itu, sampel lain dapat menggunakan darah (whole blood), swab hidung dan air liur. 

Lumpy Skin Disease ini menyebabkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternak sapi. Hal ini disebabkan oleh penyakit ini menyebar dengan sangat cepat dan menyerang semua jenis sapi, tidak mengenal umur dan bangsa, terutama sapi muda dan sapi pada masa puncak laktasi yang merupakan sapi produktif, Sapi yang terkena penyakit LSD ini akan mengalami penurunan berat badan yang drastis. Terdapat pula kerusakan permanen pada kulitnya, sehingga terjadi penurunan nilai komersial. 

Selain itu, penyakit LSD akan mengakibatkan menurunnya hasil produksi susunya karena hormonnya yang terganggu. Dengan menurunnya hasil produksi susu sapi ini, maka penjualan peternak sapi perah akan menurun. Oleh karena itu, penyakit LSD ini menyebabkan kerugian ekonomi terhadap peternak sapi. 

Pencegahan dan pengendalian terjadinya infeksi LSD dapat dilakukan dengan cara vaksinasi, vaksinasi merupakan langkah terbaik yang memungkinkan secara ekonomi untuk mengendalikan penyakit yang ditularkan melalui virus ini. Pembatasan lalu lintas atau perpindahan ternak, dan melakukan karantina yang ketat ketika ada ternak dari luar daerah. Menjaga kondisi tubuh ternak agar tetap sehat dengan mencukupi kebutuhan pakan dan menyediakan kandang yang nyaman bagi ternak. Mengupayakan agar kandang dalam kondisi bersih, kering, dan juga hangat. 

Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya juga sangat diperlukan, membersihkan sampah dan kotoran ternak setiap hari agar tidak menjadi sarang serangga penghisap darah seperti nyamuk dan lalat, juga menyemprotkan kandang dengan anti serangga. Meningkatkan pengetahuan mengenai gejala, penularan, sifat virus, cara pengambilan sampel dan teknik diagnosis LSD kepada masyarakat terutama pada medik dan paramedik veteriner, dan peternak. Apabila terjadi kasus penyakit LSD ini bisa segera dilaporkan dan dapat tertangani dengan baik sehingga penyebaran dapat diminimalisir. 

Oleh karena itu, jika penyakit Lumpy Skin Disease ini tidak tertangani dengan cepat akan mengakibatkan penyebaran yang sangat cepat dan akan berakibat pada kerugian ekonomi peternak karena terjadi penurunan produksi susu dan kerusakan permanen pada kulit sapi. Salah satu cara terbaik untuk melakukan pencegahan yaitu dengan vaksinasi untuk mencegah penyakit.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun