Mohon tunggu...
Shafiraqila
Shafiraqila Mohon Tunggu... Mahasiswa - 👋

Menulis untuk kesenangan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resume Novel "Anak Rembulan"

30 September 2022   13:34 Diperbarui: 30 September 2022   13:52 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Buku ini bercerita tentang suatu petualangan yang terjadi pada masa penjajahan Pemerintah Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Pemeran utama dalam novel ini adalah seorang anak pribumi berusia 10 tahun yang bernama Nono. Seperti biasa, setiap liburan sekolah Nono selalu mengunjungi Kakeknya di Wlingi, kecamatan yang berada di antara Kota Malang dan Blitar. Sesampainya di Wlingi, ia langsung disambut dengan mengerjakan printilan kecil seperti cuci piring di warung, membuat minuman untuk pelanggan, dan lain-lain. Namun dia tetap senang menghadapinya karena justru ini yang selalu membuat dirinya rindu Wlingi.

Kisah petualangan berawal dari ketertarikan Nono melihat sebuah pohon kenari raksasa. Saat ia sedang bersepeda, ia menepi dan melihat dari dekat pohon kenari tersebut yang akhirnya membawanya dalam sekejap ke suasana baru di tanah Jawa ke masa penjajahan Belanda. Di sini penulis menceritakan bahwa kisah ini menembus ruang waktu. 

Jadi tak heran, saat masih memakai kostum merah Manchester Unitednya, Nono terbangun di tengah kehirukpikukan para pasukan Belanda. Di tengah kebingungan, Nono bertemu dengan anak sebayanya yang bernama Trimo. Saat melihat Nono memakai baju merah yang menyilaukan mata, Trimo langsung memaksa Nono melepasnya karena gawat apabila para pasukan Belanda melihat. Awalnya Nono bingung mengapa Trimo terkesan seperti ingin melindunginya, namun akhirnya dia paham karena Trimo mengenali Nono juga sebagai anak pribumi. 

Karena pergerakan Nono yang bingung dan terkesan lama, akibatnya beberapa pasukan Belanda menyadari ada "mata-mata" di antara mereka yang kemudian mengepung dan menangkap Nono. Saat itu merah identik dengan Inggris, musuh bebuyutan Belanda, sehingga Nono dibawa ke area hukuman gantung. Untungnya, Trimo dan beberapa pribumi lain membantu Nono untuk melobi para pasukan Belanda. Singkat cerita, Nono akhirnya berhasil kabur dari kepungan Belanda melalui karung ajaib milik tentara semut hitam yang diberikan oleh Trimo. 

Sayangnya, setelah melewati karung tersebut, Nono berpetualang lagi di warung Mbok Rimbi, masih di waktu yang sama. Ia dijadikan pekerja kasar di warung, setiap ia berusaha untuk kabur, ia tetap sampai ke warung ini. Hal ini menjadi pertanda bahwa Nono merupakan Anak Rembulan, yaitu sebutan bagi anak-anak yang dipersembahkan Mbok Rimbi sebagai korban pada Dewi Kali.

Walaupun tidak mudah, Nono berhasil keluar dari cengkraman Mbok Rimbi. Tentu saja, setelah ini perjuangan Nono belum selesai. Bak seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula, Nono bertemu dengan sosok yang lebih bengis dari Mbok Rimbi yaitu Ratu Merah, seorang ratu kecil yang dikenal kejam oleh rakyatnya pada masa itu. Bahkan, Nono yang menjadi tawanan Ratu Merah nyaris diumpankan di kolam buaya karena Nono berani memandang wajah sang ratu. Singkat cerita, karena dinilai orang yang pintar dan pantas membantu menyelesaikan konflik istana, Nono dipertahankan. Ia juga ikut membuat strategi untuk kerajaan dalam menghadapi Pangeran Mahesasuro yang ingin sekali mempersunting Ratu Merah agar lebih berkuasa. Tidak sampai disitu, Nono juga sampai ikut dalam peperangan antar dua kerajaan yang tidak hanya menggunakan senjata, tapi juga kekuatan mistis.

Jadi, setelah membaca spoiler yang saya tulis, apakah pembaca tertarik untuk menonton lebih detil perjuangan Nono di Tanah Jawa? Kalau masih belum, saya coba memberikan sisi menarik lain di novel ini. Penulis Novel, Djokolelono memberikan nama bagi para pemain dengan nama-nama yang tidak asing bagi para penikmat wayang seperti Kangka, Jagal, Jlamprong, Pinten, dan Tangsen. Selain itu, latar suasana juga tergambarkan dengan baik dan memudahkan para pembaca larut dalam imajinasi masing-masing. Penyelesaian dari masalah yang dialami Nono juga dikemas dengan apik oleh penulis dan diwarnai dengan mitos-mitos lokal. Kita bahkan bisa melihat kesaktian masing-masing peran di dalam novel ini. Untuk itu, tunggu apalagi? Ini waktunya kamu juga ikut dalam petualangan bersama Nono di Tanah Jawa!

Baca juga: Si Merah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun