Dan pada tahun 2004, The Institute of Medicine, dalam laporannya, kembali menyatakan bahwa bukti-bukti yang diambil sejak tahun 2001 menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara keduanya. Sejak saat itu, studi-studi pun ikut menyanggah mengenai adanya hubungan antara thimerosal dalam vaksin dan autism. Hingga sekarang, thimerosal sudah tidak lagi dimasukkan dalam kandungan vaksin, walaupun ada beberapa vaksin influenza yang masih memakainya dalam dosis tertentu. [5]
Penelitian mengenai kontroversi mengenai vaksinasi yang dapat menyebabkan munculnya penyakit autism masih banyak dilakukan, walaupun kebanyakan hasilnya menunjukan bahwa faktor berupa vaksinasi tidak berperan dalam munculnya gejala autism. Kebanyakan peneliti autism masih berpegang pada pernyataan bahwa autism disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor lingkungan, namun masih tidak ada hubungannya dengan vaksinasi. [3]
REFERENSI
- Davidson M. Vaccination as a cause of autism-myths and controversies. Dialogues Clin Neurosci. 2017 Dec; 19(4): 403-7.
- Wakefield AJ, Murch SH, Anthony A, Linnell J, Casson DM, Malik M, et al. Ileal-lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder in children. Lancet. 1998 Feb 28;351(9103):637-41 [RETRACTED]
- Solt I, Bornstein J. Childhood vaccines and autism—much ado about nothing? Harefuah. 2010 Apr;149(4):251-5, 260.
- Mayor S. Study shows no link between MMR vaccination and autism. BMJ. 2004 Sep 18; 329(7467):642.
- Do vaccines cause autism? [Internet]. Philadelphia:The College of Physicians of Philadelphia; 2018 Jan 25 [updated 2018 Jan 25; cited 2018 Aug 14]. Available from: https://www.historyofvaccines.org/content/articles/do-vaccines-cause-autism
