Mohon tunggu...
Shafira
Shafira Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XI MIPA 1

SMAN 34 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kematian sebagai Realitas Tak Terelakkan

16 April 2021   14:05 Diperbarui: 16 April 2021   14:33 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kumpulan cerita-cerita pendek Kompas yang terbit tahun 2019 ini mengambil judul “Mereka Mengeja Larangan Mengemis” yang merupakan salah satu cerita pendek terbaik karya Ahmad Tohari. Buku ini menghadirkan dua puluh cerita pendek dengan berbagai macam tema dari seluruh Nusantara.

Untuk pembaca pemula mungkin buku kumpulan cerpen ini terkesan berat karena kosa kata yang dipilih jarang terdengar di percakapan kehidupan sehari-hari di beberapa cerpen. Namun, buku ini memberikan banyak pengetahuan bagi siapa saja yang ingin mengerti arti lebih dalam dari setiap cerita yang dibawakan. Walaupun begitu, penyusunan setiap kalimat tetap dibuat sederhana sehingga tidak sulit untuk dicerna pembaca.

Dari dua puluh cerita yang dihadirkan di buku kumpulan cerpen ini, yang paling menarik dari segi tema dan maknanya adalah “Kisah Cinta Perempuan Perias Mayat” karya Agus Noor. Pilihan tema yang jarang dibawakan di cerpen lain membuat pembaca tertarik bahkan dengan hanya membaca judulnya saja. Setiap pertanyaan yang hadir saat membaca buku ini juga terpecahkan seiring dengan jalannya cerita.

Tak jarang pula beberapa cerpen terkesan biasa saja seperti cerpen Putu Oka Sukanta “Mbak Mar”, Triyanto Twikromo “Mati Setelah Mati”, dan Indra Tranggono “Di Atas Tanah Retak” karena pembawaan cerita yang biasa saja. Terutama penyelesaian cerita yang terkesan terburu-buru.

Ada pula cerpen-cerpen yang berlatar belakang konflik keluarga atau percintaan. Mengenai hubungan ibu-anak dan satu cerpen Budi Darma mengenai sepasang suami istri yang selalu didatangi seorang tamu yang sembarangan minta kopi. Keempatnya bisa dibilang cerpen yang cukup bagus. Buku ini dikemas dengan cukup baik, seperti bahasa yang sederhana terutama dalam cerita “Mereka Mengeja Larangan Mengemis” karya Ahmad Tohari. Dari dua puluh cerpen yang ada, cerpen karya Ahmad Toharilah yang menggunakan bahasa yang sederhana.

Selain itu, latar yang digambarkan dengan sangat bagus membuat para pembaca lebih menghayati cerita dan merasakan suasana dari setiap cerita yang ada. Kedekatan dengan tema cerita juga merupakan salah satu poin yang menambah buku terbitan Kompas ini menjadi buku yang wajib dibaca bagi para pecinta cerita pendek.

Sayangnya, beberapa cerita masih terkesan terlalu terburu-buru dan beberapa cerpen lainnya masih terdapat perjumpaan yang aneh supaya dapat bertemu dengan tokoh lainnya. Konflik yang tidak tuntas dibangun juga terjadi di beberapa cerpen dalam buku “Mereka Mengeja Larangan Mengemis” ini.

Buku kumpulan cerpen ini sangat direkomendasikan terutama bagi remaja dan rentang usia setelah remaja. Buku ini memiliki banyak makna yang bisa diambil dan menjadi pelajaran bagi siapapun yang membacanya. Meskipun masih banyak kekurangan dari buku kumpulan cerpen ini, tetapi bagi pembaca pemula buku ini sangat cocok untuk mengawali daftar bacaan awal untuk memulai kebiasaan membaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun