Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belpas Institut

8 Januari 2022   04:53 Diperbarui: 8 Januari 2022   04:56 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari keprihatinan sekelompok orang yang melihat banyaknya anak-anak kecil yang tidak mampu memperoleh pendidikan yang layak dan lebih banyak bermain di masa emas pertumbuhan mereka. Sekelompok pemuda di daerah Aikmel, Lombok Timur, menggagas untuk membuat tempat bermain anak-anak usia pra sekolah di sebuah rumah yang memiliki cukup ruang. 

Mereka yang tinggal di belakang pasar banyak berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan yang tidak tinggi. Mereka tidak memiliki cukup kesempatan untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya. Bagaimana mau memberikan pendidikan yang cukup kalau mereka harus bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Bekerja serabutan sampai tidak bisa mendampingi anaknya bahkan untuk sekedar bermain. Anak-anak dibiarkan bermain bebas tanpa diarahkan. Masih syukur kalau diingatkan makan, kadang mereka hanya disediakan saja tanpa ditanya sudah makan atau belum.

Anak-anak yang kurang pendampingan orang tua tentu tumbuh lebih banyak dengan lingkungannya. Tak jarang mereka menjadi salah pergaulan dan tidak memiliki  sopan santun. Rasanya masih bisa bertahan hidup saja sudah bersyukur. 

Melihat fenomena yang terjadi, mereka ingin merubah pola kehidupan yang serba berantakan itu menjadi lebih teratur dan terarah mulai dari generasi paling muda yang bisa dibimbing. Sebuah rumah belajar untuk anak-anak PAUD dan TK yang diselenggarakan di rumah sukarelawan yang memiliki cukup ruangan. 

Menggandeng beberapa teman yang memiliki kemampuan mengajar anak pra sekolah, mereka meminta untuk berkomitmen memberikan pendidikan yang berkualitas sama seperti sekolah dengan bayaran yang mahal. Beberapa orang menjadi donatur untuk membayar gaji guru agar tidak terlalu rendah. Setidaknya, mereka mendapatkan haji yang seseuai, meski mungkin tidak bisa sebesar tempat yang bernaung dibawah sebuah yayasan atau pemerintah. Namun, komitmen guru dan komitmen donatur menjadi fokus utama untuk bisa mengubah kehidupan lingkungan belakang pasar menjadi lebih baik dan membentuk lingkungan yang lebih baik. 

DOKPRI
DOKPRI
DOKPRI
DOKPRI

DOKPRI
DOKPRI

Sorot mata yang bening dan senyum yang tulus itulah yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa. Mungkin salah satu diantara mereka atau banyak diantara mereka akan menjadi pemimpin negeri ini, menjadi penggerak peradaban dan pembawa perubahan menjadi lebih baik. Inilah saat yang tepat memberikan jalur yang baik untuk mereka menggapai cita dan mimpinya. Mendampingi tumbuh kembang mereka dengan baik agar tak salah pergaulan dan salah arah. 

Mereka berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak lain yang orang tuanya memiliki cukup dana untuk membiayai. Mereka pun memiliki kesempatan yang sama untuk bisa meraih cita-cita mereka dengan keterbatasan yang mereka miliki. Mereka bisa bermanfaat untuk lingkungan mereka, membanggakan keluarga mereka dan berguna bagi Nusa dan Bangsa. 

Pengurus Belpas Institut pun tak mau berhenti sampai disini. Mereka terus memperbaiki diri dan manajemen di dalamnya dan ingin ekspansi untuk bisa merambah ke belakang pasar-belakang pasar yang lain. 

Semoga bisa menginspirasi untuk bisa bermanfaat bagi lebih banyak orang :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun