Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tomat dan Semangka di Balik Daun

23 Oktober 2021   05:30 Diperbarui: 23 Oktober 2021   11:48 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img20211001060951-1-61739382e8c2f86abd026442.jpg
img20211001060951-1-61739382e8c2f86abd026442.jpg
img20211001060924-1-617393fe01019005173948d2.jpg
img20211001060924-1-617393fe01019005173948d2.jpg
Saya terkejut ketika halaman belakang rumah sudah ditumbuhi tomat dan semangka yang tumbuh subur tanpa pernah kami urus. Rumah kecil sederhana tipe 21 yang kami bangun di Lombok Timur digunakan oleh suami untuk istirahat saat pulang kantor. Hanya seperti kos saja, hanya ada kasur, TV dan kamar mandi tanpa dapur dan perabotan lain yang tak berguna.

Bulan Ramadhan kemarin, si Sulung masih duduk di Taman Kanak-kanak dan sekolahnya melakukan pembelajaran daring. Si Ayah meminta kami untuk menemaninya selama Bulan Ramadhan agar lebih ramai di rumah. Selain karena malas menghangatkan lauk saat sayur, bulan Ramadhan akan selalu lebih menyenangkan saat bisa berkumpul berbuka bersama keluarga. Si Sulung yang sedang belajar berpuasa pun akan lebih semangat saat ada teman berbuka puasa.

Jadilah satu bulan kami tinggal di rumah tanpa AC, tanpa Lemari Es dan bahkan dapurnya pun masih bongkar pasang yang kami buat di halaman belakang. 

Kami membeli terpal 2m x 3m yang kami gunakan untuk menutup atas tempat kompor agar terhindar dari panas dan hujan saat memasak di belakang. 

Persis seperti sedang berkemah membuat dapur darurat.  Saat kami akan kembali ke Mataram di hari Sabtu dan Minggu, kami harus mengemas kompor dan perlengkapan dapur yang lain ke dalam box container dimasukkan ke dalam rumah karena halaman belakang pun masih terbuka. 

Semua perabotan memasak dipinjami ibu saya karena dekat dari rumah kami ini. Beliau tahu kalau kami pun tak memiliki banyak perabot memasak sehingga memberikan pinjaman perabot pada kami.

Setelah bulan Ramadhan berlalu beberapa bulan, Ayah bercerita kalau halaman belakang sudah tumbuh banyak sekali tanaman tomat dan sudah mulai berbuah. 

Kami kaget karena tidak merasa menanam apapun di kebun belakang. Mungkin biji-bijian yang terbuang tumbuh dengan sendirinya karena tanahnya menjadi subur dengan banyaknya sampah organik yang terpendam secara tidak sengaja dan air cucian beras yang selalu dibuang ke tanah.

Tanpa kami sadari, biji yang terbuang itu tumbuh subur dan berbuah. Kami tak pernah mengharapkannya, kami tak pernah menyadarinya, tapi buah itu tumbuh dan berbuah untuk kami. Apalagi tomat yang tumbuh ternyata bukan tomat yang biasa. Tomat yang berbentuk seperti bunga karena bergelombang dan lebih pipij, kulitmya tipis, warnanya lebih merah dan katanya tidak asam seperti tomat buah. Orang sasak menyebutnya 'Tomat Jamak'. 

Saya pun baru tahu jenis tomat ini saat tinggal di pulau kecil ini. Katanya lebih manis dan lebih enak digunakan untuk sambal dan tidak enak kalau dimakan begitu saja seperti tomat buah. Tomat ini sudah jarang dijual dan dibudidayakan. Namun, tumbuh dengan sendirinya di belakang rumah kami. 

Sama seperti kebaikan. Saat kita tak menyadari menanam kebaikan dan berbuah baik, pasti rasanya akan sangat membahagiakan. Buah itu seperti biji kebaikan yang kita tanam, suatu saat pasti akan berbuah kebaikan bahkan saat kita tak pernah mengharapkannya. Saat itulah bahagia benar-benar terasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun