Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggumu Tak Berujung

22 November 2020   04:49 Diperbarui: 22 November 2020   05:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin saat itu aku sedang dalam masa puber, masa penasaran, ingin tahu, ingin mencoba dan banyak hal yang membuatku memberanikan diri beberapa kali menghubunginya. Bahkan, aku pula yang meminta diantar hingga akhirnya dia pun memberanikan diri mengajakku keluar. 

Seingatku, aku yang lebih banyak mengajak keluar. Dia memperkenalkanku dengan teman dekatnya yang tinggalnya pun tidak jauh dari rumahnya, tapi memilih mengontrak setelah menikah. Saat mulai dikenalkan dengan beberapa orang dekatnya, aku mulai merasa senang. 

Akhirnya, sampai juga pada titik itu. Hingga akhirnya diperkenalkan dengan kedua orang tuanya yang ternyata sangat mengharapkan kedatanganku. Menurut beberapa cerita, dia tahu kalau anak sulungnya sedang dekat denganku, tapi tiap kali bertanya selalu dijawab nanti kalau sudah saatnya. Sampai akhirnya aku pun bertemu mereka, dua sosok orang tua yang terlihat bijaksana di usia yang sudah semakin senja.

Mereka mempertanyakan kapan kami akan menuju ke ikatan suci karena adiknya sudah meminta menikah. Rasanya hatiku langsung luruh, aku pun menunggu dia mengajakku menikah, tapi sampai sekarang tak ada ucapan apapun darinya. Hanya sekali dia mengatakan akan melamarku di tahun depan, tapi tak ada pembahasan setelah itu.

Sosok itu sangat tertutup, aku tak mengerti apa yang ada di fikirannya. Dia tak pernah membahas lagi tentang pernikahan, ataupun sekedar tentang lamaran bahkan langkah menuju kesana pun tidak.

Bapakku yang saat itu masih proyek di luar pulau bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Tak pernah ada niatan bertemu bapak, aku pun mulai ragu. Saat itulah, satu dua orang yang dekat dengannya mulai mencoba meyakinaknku untuk tidak goyah, mencoba mengeratkan kembali hubngan yang sudah mulai goyah. Mencoba meyakinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. 

Sampai akhirnya aku pun menyerah menunggu kepastian. Seseorang yang baru kukenal. segera meminangkau. Dalam doa yang terus kupanjatkan, kutemukan jawaban doaku.

Kutemukan sosok yang tidak sempurna, tapi mau berkomitmen bersamaku. Sosok yang baru kukenal, tapi sudah kuminta untuk ditunjukkan kemana arah jalan kami padaNya. Hingga akhirnya kami menikah tanpa pacaran. Allah meyakinkanku melalui banyak cara.

Lama tak terdengar cerita tentang sosok yang pernah kutunggu keseriusannya, seseorang yang dekat denganku tetiba menghubungi. Cerita itu terulang lagi dengan seseorang yang dekat dengannya. Seseorang yang kukenal. Sosok seniorku saat masih bekerja dulu.

Aku yang memang tahu mereka memiliki hubungan ikut sedih, teringat ketika aku pun mengalami hal yang sama. Banyak orang menguatkan, tapi aku tidak yakin. Banyak orang mencoba memberiku keyakinan akan kepastiannya, tapi aku tak kunjung yakin karena diamnya. Mereka yang siap berkomitmen pasti aan mengatakan tanpa harus ditanya. Itu yang kuyakini.

Aku mulai goyah, aku mulai gamang. Satu dua orang datang untuk memperkuat kegoyahanku, tapi aku merasa hatiku masih ada disana. Ada di tempat yang tak kuyakini bisa melangkah maju dengannya. Diamnya membuatku tak tahu diamana ujung penantianku. Diamnya membuatku tak yakin akan mendapatkan ujung seperti yang kuharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun