Jangan Mudah Percaya Pada Orang Lain
By: Shafa Adzani
Itu adalah hari yang damai di lapangan SD saat jam istirahat berlangsung, para siswa bermain di lapangan hijau yang teduh dibawah pohon yang rindang, membeli jajanan, lari larian, dan bahkan memainkan beberapa permainan tradisional lain karena sekolah kami masih di dalam pedesaan dan kelestariannya yang terjaga
Aku bersama temanku Xely sibuk bercerita sambil memakan jajanan yang kami beli di kantin, duduk si bangku di depan kelas tiga.
Setelah menghabiskan jajanan aku dan Xely membuang sampah di tempat sampah.
"Aku cuci tangan dulu ya?." Ucapku diiringi anggukan iya dari Xely. Aku pergi ke tempat cuci tangan yang sudah disediakan oleh sekolah di sebelah kiri dekat kantin yang mengarah langsung ke pagar pembatas jalan dan area sekolah.
Setelah mencuci tangan aku berjalan kembali ke kelas namun sesuatu menarik perhatianku. Tidak jauh dari luar pagar sekolah aku melihat mobil hitam terparkir di tepi jalan, awalnya hanya menghiraukannya karena berpikir itu mungkin milik warga setempat. Aku melanjutkan perjalananku kembali ke kelas..
Setiap detik terasa seperti satu jam bagiku, namun perasaan lega menghampiri diriku saat mendengar bel pulang. Semua siswa bergegas mengambil tas mereka dan keluar dari kelas.
"Shap.. aku pulang dulu ya, besok jangan lupa ada uh mtk!."
Ucap Xely dan aku menanggapinya dengan senyuman hangat.
Aku mengambil tas dan melambai pada Xely di depan gerbang sebelum berpisah karena rumah kami tidak searah. Aku berjalan dengan diam di sepanjang jalan sebelum melihat mobil hitam yang kulihat tadi berhenti di dekatku. Kaca mobil turun memperlihatkan pria bermasker hitam, dia melihat sekeliling sebelum menyodorkan setangkai permen padaku.
"Dek, tadi om disuruh sama ayahmu untuk menjemputmu dari sekolah, ayo naik, nanti om ajak jalan-jalan."
Aku yang masih bingung dengan perkataan orang itu hanya diam sejenak, tidak mungkin ayahku menyuruh orang lain untuk menjemput ku pulang karena ayahku sedang tidak dirumah, dia merantau.
Aku tolak dengan gelengan kecil tapi pria itu terus memaksa bahkan keluar dari mobil dan meraih tanganku. Mataku membelalak melihatnya memaksaku untuk naik ke mobil namun aku memberontak dan lari darinya, aku berlari kembali secepat mungkin ke sekolah untuk meminta pertolongan pada satpam yang ada di sekolah