Mohon tunggu...
Andi Almafhum
Andi Almafhum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Seseorang yang terus berusaha menjadi lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Menyukai hal mengenai riset dan development terutama di bidang pengembanga technology. Menyukai kebebasan, sesuatu yang baru, dan tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jatuh Karena Cyberbullying? Manfaatkan Mental Block

11 Oktober 2022   12:00 Diperbarui: 14 Oktober 2022   11:12 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi sukses (Sumber: Freepik.com)

" Berhenti merasa kamu begitu kecil. Kamu adalah alam semesta yang bergembira." - Jalaluddin Rumi

Kasus cyberbullying tidak dapat dianggap remeh. UNICEF mencatat lebih dari 70 persen remaja di dunia menjadi korban kekerasan online, penindasan dunia maya serta pelecehan digital.

Penggunaan internet seperti sebuah kebutuhan pada zaman sekarang ini. Namun, beragam media sosialnya yang hadir menjadi suatu sarana untuk melancarkan cyberbullying. Cyberbullying pada dasarnya membuat korban merasa tertindas sehingga akan menghancurkannya secara tidak langsung. Mental dan psikis korban akan hancur yang mengakibatkan timbulnya perasaan insecure berlebihan dan minder. Sehingga, dia tidak dapat melakukan produktivitas aktif yang berdampak buruk pada masa depannya kelak.

Motif dari cyberbullying sangatlah beragam. Mulai dari faktor "hanya iseng", "kebencian" atau ternyata dia adalah fans berat kita. Sering kita saksikan pada  live media sosial yang diisi oleh selebriti medsos para penonton mengutarakan hal yang tidak senonoh. Setelah di cek beberapa akunnya ternyata merupakan second akun dan fake akun. 

Penggunaan internet secara positif hanya bisa dikembalikan kepada kesadaran individu sendiri. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan 79,5 persen dari 30 juta anak - anak dan remaja di Indonesia menjadi pengguna aktif media sosial.

Banyaknya pengguna internet yang beragam akan membuat kita sulit untuk menelusuri akun asli pengguna. Bisa saja satu platform media sosial memiliki pengguna yang lebih dari satu akun. Sehingga sering kita jumpai banyak platform yang menggunakan verifikasi KYC.

Proses verifikasi KYC bisa dikatakan sebagai suatu sistem keamanan pada platform untuk memverifikasi secara akurat data pengguna. Namun, disisi lain sistem verifikasi ini akan membuat pengguna lebih sulit dalam membuat akun. Sehingga, tidak jarang kita temukan platform yang ditinggalkan karena tidak memberikan keuntungan dan berseberangan dengan pengalaman pengguna (user experience).

Proses ini memang dapat mempermudah dalam melihat keaslian akun. Namun, kurang cocok untuk diterapkan pada media sosial karena konsep dari media sosial itu sendiri merupakan sebuah sarana interaksi secara online. Sehingga semakin banyak pengguna aktif maka akan semakin baik.

Interaksi online melalui media sosial dapat membantu kita untuk mempermudah komunikasi yang terbatas dengan jarak dan membuka jaringan pertemanan yang baru dengan orang lain. Namun, disisi lain pengguna remaja adalah pengguna yang rentan.

Pada usia remaja merupakan proses untuk mencari jati diri, mengembangkan bakat, mencari minat, serta mengejar cita - cita. Hadirnya media sosial dapat menjadi sarana mempromosikan diri kepada publik atau khalayak umum.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun