Mohon tunggu...
Shabrina Adilah
Shabrina Adilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - shbrinadlr

apa yang melewatkan tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Kelekatan Anak dan Orangtua

7 Oktober 2021   19:32 Diperbarui: 7 Oktober 2021   19:37 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Usia dini merupakan masa yang penting sekaligus genting dalam kehidupan manusia karena masa ini sangat menentukan seluruh area perkembangan anak baik fisik, bahasa, kognitif, sosial, emosional dan spiritual. Jika kita membahas mengenai anak dunianya tentu saja terlepas dari peran keluarga karena keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat. 

Seiring dengan perkembangan zaman peran orang tua dalam keluarga mengalami perubahan dimana ayah tidak lagi sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga dan ibu tidak lagi sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak di rumah. Hal ini dikarenakan ibu-ibu zaman sekarang memilki peran ganda yaitu sebagai pekerja di luar rumah. Pergeseran peran ini memiliki dampak pada cara mengasuh anak, dimana seorang ibu sebagai pendidikan pertama dan utama yang mendidik anak dari lahir ke dunia sampai ia dewasa mulai terabaikan. 

Hubungan kelekatan antara ibu dan anak mulai berkurang yang disebabkan minimnya waktu yang dimiliki ibu sehingga ibu lebih mempercayakan sepenuhnya pengasuhan dan pendidikan sang anak kepada pengasuhnya, sehingga banyak anak yang lebih dekat dengan pengasuhnya dari pada orang tua mereka sendiri. Karena kelekatan (attachment) sendiri muncul dari rasa nyaman dengan orang yang sudah lama membersamainya.

Kelekatan menurut Bobly (dalam Santrock, 2002) merupakan suatu ikatan emosi yang kuat antara anak dan pengasuhnya. Pengasuh disini bisa nenek, babysitter, dan bibi. Mesti demikian jika ingin anak lebih dekat dengan orangtuanya dari sejak lahir orangtua harus berada dekat dengan anaknya, ajak anak mengobrol apa saja yang ada disekitarkan, kenalkan anggota badannya, dan bercerita apa saja yang membuat anak merasa senang sehingga akan menciptakan suasana (rasa nyaman) antara si anak dan orangtuanya. 

Jika anak sudah mulai merasa nyaman dia akan bercerita tentang hari-harinya seperti apa, contonya apa yang membuat dia senang, sampai apa yang membuat dia sedih, itu lah yang dinamakan dengan kelekatan. Karena sudah terciptanya hubungan emosional antar kedua belah pihak. Sebaliknya attachment itu otomatis bawaan sejak lahir bukan didapatkan. Kenapa anak lebih dekat dengan ibunya dibanding ayahnya sendiri? Karena kelekatan utama terdapat di seorang ibu, ibu yang melahirkan dan merawat anak dari dalam kandungan jadi tidak heran jika ibu dan anak mempunyai insting yang sangat kuat.

Berikut ini akan dijelaskan secara umum tipe kelekatan. Adapun berdasarkan jenis kelekatan (attachment) sebagaimana dikutip (dalam Development Psychology, 1992) terbagi menjadi 2 jenis yakni :

1. Secure Attachment (kelekatan yang aman)

Ciri-cirinya yaitu : merasa aman berada bersama pengasuhnya, berhati-hati terhadap orang asing, mencari pengasuhnya jika dalam kondisi tertekan, tidak berani bereksplorasi jika tidak berada disamping pengasuhnya, pengasuh dijadikan sebagai dasar untuk bereksplorasi, jika sudah merasa aman maka anak akan mandiri. 

Sebagai contoh  bisa dilihat di kehidupan sehari-hari anak yang ditinggal pergi orangtua nya kebanyakan menangis jika tidak diajak pergi tetapi didalam Secure Attachment ini anak sudah mengerti dan tidak menangis jika tidak diajak pergi. Contoh lain kita semua tau tempat pulang semua orang adalah keluarganya sendiri, anak yang mempunyai secure attachment jika ia mempunyai masalah maka dia akan langsung bercerita ke orangtuanya. Biasanya anak yang mempunyai kelekatan yang aman gampang bersosialisasi.

2. Insecure Attachment (kelekatan yang tidak aman)

Ciri-cirinya yaitu : ketidakmampuan pengasuh dalam mempercayai anak, kurang senang dalam belajar, kesulitan merekognisi perasaan, dan kurang empati terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun