Mohon tunggu...
Hasyyati shabrina
Hasyyati shabrina Mohon Tunggu... Freelancer - Ph.D, Silvikultur Tropika

Freelancer. Pencinta sains

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perkembangan dan Masa Depan Produk Bioteknologi dalam Pertanian

31 Maret 2021   19:03 Diperbarui: 31 Maret 2021   19:12 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hasil-hasil pertanian yang kita lihat dan nikmati saat ini sesungguhnya merupakan hasil seleksi beribu tahun lamanya, beberapa bentuk aslinya masih dapat ditemui saat ini seperti pisang dengan biji yang besar dan banyak. 

Hasil seleksi oleh manusia bahkan dapat menyebabkan satu jenis tanaman memiliki banyak bentuk, yaitu tanaman Brassica oleraceae yang dapat ditemui sebagai brokoli, kembang kol, kubis, kale, cuciwis, kailan, dan lainnya yang kurang populer di Indonesia. 

Bukan tidak mungkin tanaman-tanaman pertanian yang ada saat ini dapat diseleksi untuk memenuhi keinginan untuk memiliki produktivitas tinggi dan tahan akan ancaman-ancaman di masa yang akan datang.  

Akan tetapi, dengan tantangan yang efeknya sangat cepat seperti saat ini, dibutuhkan upaya yang lebih dari sekadar metode seleksi yang dilakukan nenek moyang kita.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat semenjak Gregor Mendel mengumumkan penemuannya pada tahun 1865 bahwa sifat-sifat tertentu pada tanaman ercis dapat diturunkan membawa angin segar dalam pemuliaan tanaman, khususnya komoditas pertanian. 

Penemuan tersebut ditambah dengan penemuan material genetik berupa DNA tahun 1869 oleh Friedrich Miescher; dan strukturnya oleh James Watson, Rosalin Franklin, dan Francis Crick, telah mengantarkan kita pada era bioteknologi saat ini. Sejak tahun 1973, rekayasa genetik telah dilakukan diawali dengan mentransfer gen resisten antibiotik dari satu bakteri ke bakteri lain. 

Sementara pada tanaman, rekayasa genetik pertama dimulai tahun 1983 pada tanaman tembakau yang disisipi gen dari Agrobacterium. Tanaman-tanaman yang direkayasa dengan mentransfer gen dari satu organisme ke organisme lain ini kemudian disebut dengan tanaman transgenik. Tanaman transgenik inilah yang populer dengan istilah genetically modified organism atau GMO.

Pengembangan GMO sampai saat ini masih menemui pro dan kontra. Kebanyakan penentang GMO memiliki alasan bahwa dampak dari penanaman tanaman GMO terhadap lingkungan dan organisme non-GMO belum banyak diteliti. 

Sementara itu, dengan regulasi yang ketat, hasil dari tanaman GMO telah dikonsumsi oleh manusia selama beberapa tahun tanpa adanya laporan kasus-kasus penyakit akibat konsumsi GMO, contohnya kedelai impor Indonesia yang mayoritasnya adalah GMO. 

Tidak adanya laporan efek samping konsumsi tanaman GMO tentu saja karena sebelum dikembangkan secara luas, tanaman-tanaman tersebut telah melalui uji yang sangat panjang. 

Meskipun demikian, hingga saat ini masih banyak pihak yang menolak GMO. Lantas, dengan cara apa lagi kita dapat mengembangkan komoditas yang dapat memenuhi kebutuhan kita di masa yang akan datang secara cepat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun