Mohon tunggu...
Shabirin Arga
Shabirin Arga Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis, Pengamat Sosial dan Politik

Penulis Muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rekontruksi Budaya Ngopi Lebih Berisi

17 Juli 2019   07:48 Diperbarui: 17 Juli 2019   07:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika diamati dua dimensi dari stuktur sosial dan ekonomi saat ini, maka kita akan melihat dan mengalami sebuah perubahan pada ruang tersebut. Dari dimensi ekonomi yang lebih spesifik dalam dunia bisnis, kini kian menjamurnya bisnis warung kopi.

Warung kopi menjadi tren tempat berkumpulnya anak-anak muda, kemudian inilah yang memicu timbulnya budaya baru dikalangan anak-anak muda. Jika kita amati secara seksama maka ruang instraksi anak-anak muda berpindah ke tongkrongan warung kopi, maka itu salah satu menjadi bagian yang membangun konsepsi berpikir anak muda, karena proses intraktif dan sumber wawasan bersumber dari sana.

Padahal ngopinya hanya 1 gelas, pembicaraannya berjam-jam tanpa batas. Pertanyaannya apakah isu-isu pembicaraan adalah isu yang memiliki dampak untuk masadepan kita, apakah materi diskusi meningkatkan pengetahuan dan wawasan seseorang, apakah cerita pertemuan tersebut adalah cerita pengulangan dihari-hari sebelumnya, dan apakah obrolan di warung kopi hanya obrolan sia-sia tentang game online dan sepak bola?

Apakah berbicara game dan sepak bola menjadi sesutau yang tidak tidak diperbolehkan, tentu saja bukan itu maksudnya, biarlah bahasan game, sepak bola, lelucon lainnya menjadi bumbu-bumbu memberikan rasa dan warna ditengah permbicaraan anak muda. 

Dan kalau begitu haruskah kita meninggalkan dunia ngopi yang menjadi tren ditengah-tengah anak muda, maka jawabannya tidak perlu untuk meninggalkannya.

 Namun kita harus hadir menjadi pembaharui untuk menciptakan budaya baru ditengah-tengah kebisingan dan kehampaan itu, yang membuat kita kurang menghargai waktu dan tidak menciptakan sebuah konsep hidup yang produktif.

Bisakah kita meciptakan budaya yang lebih bermutu dalam ruang obrolan kopi? Pertemuannya di isi dengan diskusi bacaan terhadap buku-buku yang telah dilahap, menelanjangin pemikiran-pemikiran para pemikir terdahulu untuk menemukan ide dan pemikiran baru, cerita tongkrongan anak muda tentang bagaimana masadepan umat dan Indonesia, bahasannya tentang kontribusi social ditengah masyarakat, pembicaraannya mengenai evaluasi amalan harian, dan proyek-proyek untuk kepetingan umat dan bangsa.

Inilah sebuah imajinasi tentang umat di masadepan, siapapun insan atau sosok yang merasakan kegundahan akan sebuah kondisi masa kini, maka akan ada panggilan dalam jiwanya untuk bergerak melakukan sebuah perubahan. Ini adalah jalan menuju peradaban, umat sedang menunggu peradaban baru yang hari ini sulit untuk menafsirkan akar dari sebuah penderitaan dan kesengsaran.

Membangun sebuah peradaban bukan berbicara tentang kehebatan atau kecerdasan satu orang individu, tetapi perlunya kumpulan orang-orang yang cerdas, berakhlak, dan visioner untuk menyumbangkan pemikirannya. Pemikiran, ide, atau gagasan tersebut dituangkan pada sebuah diskusi tongkorongan kopi yang kemudian direalisasikan menjadi proyek bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun