Mohon tunggu...
F. Sugeng Mujiono
F. Sugeng Mujiono Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dorongan Hati Lebih Kuat daripada Kekhawatiran akan Pandemi

12 Mei 2021   21:03 Diperbarui: 12 Mei 2021   21:04 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir batin.

Lebaran kali ini sebenarnya cukup istimewa. Karena Hari Raya Idul Fitri 1442 H bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Isa Almasih bagi umat katolik. Namun keistimewaan ini teredusir oleh suasana pandemi. Ini adalah kali kedua lebaran di tengah pandemi. Kali kedua pula saya tidak ikut menikmati lezatnya masakan Bu Haji Lewa yang khas Bugis, masakan Bu Erte yang khas Padang, atau Nyak Lasip yang khas Betawi. Kali kedua saya tidak bisa bersalam-salaman dengan mereka, bertukar cerita dengan mereka. Sebagai warga minoritas non-muslim di kampung, lebaran adalah kesempatan yang sangat baik untuk bersilaturahmi. Kesempatan kami untuk berinteraksi dengan masyarakat tidak sebanyak seperti saudara-saudaraku yang muslim.

Ya, saya yang katolik ikut prihatin dan merasakan kepedihan atas apa yang dialami saudara-saudaraku yang merayakan lebaran kali ini. Bagaimana tidak, lebaran yang merupakan kesempatan yang sangat baik untuk saling bersilaturahmi, ternyata harus dibatasi dengan berbagai aturan. Kita tidak lagi bersalam-salaman. Kita tidak lagi saling berpelukan bersama keluarga. Kita tidak lagi saling berkunjung. Bahkan kita pun harus menyembunyikan senyum manis dan tawa lebar yang penuh bahagia, karena mulut selalu ditutup masker. Covid-19 benar-benar mengubah seluruh kebiasaan kita.

Keprihatinan dan kepedihan itu begitu terasa manakala kita menyaksikan melalui media masa, betapa banyak orang berusaha menyiasati dan mengelabuhi petugas demi bisa mudik. Ada yang sanggup bersembunyi di balik tumpukan sayuran di dalam truk tertutup. Ada yang pura-pura sakit, dan dibungkus teRpal atau selimut. Ada yang menggunakan perahu nelayan. Ada yang bermotor dan berusaha menembus barikade petugas penyekatan. Ya, berbagai cara dilakukan demi bisa mudik, berjumpa sanak keluarga di kampung halaman.

Hemat saya, hal demikian bukanlah merupakan sebuah tindakan yang sengaja dilakukan untuk melawan petugas. Bukan merupakan sebuah tindakan sengaja melawan hukum dan aturan pemerintah. Bukan pula sebagai sebuah sikap yang tidak takut terhadap ancaman pandemi. Namun lebih karena kuatnya keinginan dan dorongan hati yang tak terbendung untuk bisa melaksanakan ibadah dan silaturahmi. Sebagaimana kita pahami, dalam budaya kita Orang Indonesia, begitu erat dan lekatnya hubungan batin/individu kekerabatan dan juga hubungan batin/individu dengan tanah kelahirannya dan kampung halamannya. Kita tidak begitu mudah tercerabut begitu saja dengan keluarga, kerabat, dan kampung halaman. Dan Hari Raya, khususnya Idul Fitri, yang hanya setahun sekali, adalah saat yang paling tepat untuk mewujudkan keinginan dan dorongan hati tersebut. Selain itu, rasa jenuh dan bosan setelah sekian lama mengurung diri di rumah saja, semakin membuncah. Tak heran bahwa setelah dua kali keinginan itu terhalang oleh pandemi, upaya mewujudkan keinginan itu begitu kuat. Sehingga berbagai cara pun ditempuh. Bagi sebagian orang, keinginan dan dorongan hati ternyata lebih kuat daripada kekhawatiran akan pandemi.

Semoga di hari yang fitri ini, kita semua tetap terlindungi, para pemudik pun tetap mendapatkan kesehatan tanpa menimbulkan klaster baru, dan pandemi segera berlalu.

Sekali lagi saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah bagi semua saudaraku yang merayakan, khususnya para kompasioner, dan mohon maaf lahir batin. Salam sehat untuk semua.

Jambi, 12 Mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun