"Oh, terima kasih." kata ibu sambil tersenyum.
"Hahaaa..." paman itu terkekeh sambil meletakkan cangkirnya ke meja.
"Oh ya, setidaknya ada tujuhbelas keluarga besar disana."
"Saya rasa disana bukan tempat yang buruk untuk berlibur."
      "Disana masih sangat asri; udaranya segar; siapa tahu anda akan mendapatkan inspirasi baru disana." paman itu terus berbicara.
Sambil menyodorkan amplop, "Saya rasa bukan keputusan buruk untuk sekadar singgah beberapa hari disana."
      Sambil terus memperhatikan paman itu, Asyi terus berjalan. Setelah Asyi sadar bahwa bagian dinding pembatasnya habis ia langsung mempercepat jalannya lalu menuju kamar. Sesampainya di kamar, Asyi langsung melompat ke kasur; membuat badannya naik-turun karena saking kerasnya ia melompat ke kasur. Dengan badan yang masih belum stabil ia membuka kotak. Ternyata kotak itu berisi lembaran-lembaran kertas. Di halaman pertama Asyi menemukan ada tulisan berukuran besar di tengah-tengah.
"PRANGKO,"
"Apa ini?" Asyi keheranan dengan benda asing yang ia lihat.
Asyi mendekatkan pandangannnya ke wajah prangko bergambar bunga, "Kenanga, Sumatera Utara,"
"Ca...ca... cana...cananga adorata"