Mohon tunggu...
Sevtia Pianus
Sevtia Pianus Mohon Tunggu... wiraswasta -

melancholics human, Love Yoga, Instrument music, Love Book.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teruntuk Sang Kritikus

27 Juli 2015   12:30 Diperbarui: 27 Juli 2015   12:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kritik itu bagaikan dua mata pisau yang bisa melukai diri sendiri atau bahkan melukai orang yang dikritik. Karena instrument yang dimiliki oleh seorang kritikus itu adalah mulut, mulut bisa menjadi bumerang bagai yang memakainya dengan semena-semena lost control karena mulut itu seperti bisa yang menyengat lansung kedalam aliran darah.

Imbas dari sebuah demokrasi adalah munculnya para kritikus-kritikus dadakan yang tidak pernah mau membaca bahkan mentelaah sebuah kebijakan, para kritikus yang hanya mendengar dengan satu telinga tanpa mau membandingkan dengan telinga lainnya.

Terpujilah para kritikus yang ingin merubah dunia tidak hanya dengan mulutnya, tapi juga dengan otak, tangan dan juga kaki nya, menjadi objektif itu bukan sesuatu yang mudah tapi berada di tengah-tengahnya adalam sesuatu yang bukan mustahil.

 

                                                                                                                                       Batusangkar, 27 Juli 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun