Mohon tunggu...
SeverinoLH
SeverinoLH Mohon Tunggu... Freelancer - Active Talker

Digital Media Strategy

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Gaji Istri Lebih Besar? Sah Saja Kok!

12 Desember 2020   01:58 Diperbarui: 12 Desember 2020   02:00 3486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.unsplash.com/Dane Deaner

Hidup di lingkungan masyarakat penganut paham patriarki tentu membawa dampak terhadap pria maupun wanita. Tidak semata masyarakat patriarki selalu memberatkan sisi wanita, pria pun mendapat beban dari lingkungan patriarki.

Secara otomatis, lingkungan masyarakat penganut patriarki juga menekankan sisi maskulin dan feminin. Bagaimana pria harus berlaku, juga wanita harus berlaku.

Di era modern saat ini, seorang wanita memasuki dunia karir bukanlah hal aneh lagi. Kita akan lebih terbiasa melihat wanita menjabat posisi-posisi penting di dalam masyarakat, korporat, maupun pemerintahan. Dengan demikian, bila wanita memiliki gaji yang lebih besar daripada pria maka menjadi hal yang wajar pula.

Namun, akan sedikit menjadi perdebatan bila sudah menyangkut hal rumah tangga. Bagaimana bila gaji istri lebih besar, jauh lebih besar daripada gaji suami. Misalnya saja suami bekerja sebagai pegawai biasa di perusahaan, sedangkan istrinya adalah seorang konsultan hukum yang dipakai oleh banyak perusahaan dan pemerintah. Dari hal tersebut terlihat kontras gaji dari pekerjaan yang ditekuni suami maupun istri.

Kecemburuan suami terhadap gaji istri yang lebih besar dari gajinya sering kali terjadi. Hal ini adalah imbas dari nilai-nilai budaya patriarki, bahwa pria berada di atas wanita.

Bila istri memiliki gaji yang lebih besar dari gaji suami, sesungguhnya tidak ada masalah. Masalah yang ada itu terjadi karena masalah yang dibuat-buat. Tidak ingin kalah dari istri membuat sisi suami terusik. Dalam benaknya, "bagaimana mungkin gajiku tidak lebih besar dari gaji istriku? Haruskah aku menyuruhnya untuk berhenti bekerja saja? Aku harus menyelamatkan harga diriku!". Kurang lebih seperti itu skenario yang sering terjadi.

Nilai superior pria dalam budaya patriarki adalah jebakan yang sering menyudutkan posisi wanita. Tapi juga menjadi beban bagi pria. Masalah lain sering pula datang dari pihak luar. Ada yang mengatai bila suami gajinya lebih kecil dari gaji istri, akan dicap sebagai suami yang tak becus dalam bekerja, mau-maunya diinjak-injak harga dirinya oleh istrinya. Ya, omongan seperti ini yang seharusnya tidak perlu diambil pusing.

Bila suami mempermasalahkan istri memiliki gaji yang lebih besar, maka akan menimbulkan pertanyaan kritis, "di mana kebijaksanaannya dalam menilai sesuatu?". Mengapa gaji istri lebih besar harus dipermasalahkan. Bukankah hal itu justru turut membantu meringankan beban suami, dan bahkan bisa menabung untuk keperluan keluarga. Mengapa pula harus menghentikan istri bekerja hanya karena perkara gajinya yang lebih besar? Alih-alih bijaksana, malah terlihat egois dan kekanak-kanakan.

Gaji istri lebih besar karena memang pekerjaan yang dilakoninya bukan hal sepele. Dengan memegang posisi krusial, tidak mungkin juga seseorang akan digaji rendah. Sekali lagi, bila gaji lebih besar dipermasalahkan, saya mau tanya, itu dulu menikahi istrinya untuk adu gengsi, atau memang mau berkeluarga?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun