Mohon tunggu...
SeverinoLH
SeverinoLH Mohon Tunggu... Freelancer - Active Talker

Digital Media Strategy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ospek Virtual vs Konvensional, Masih Mentalitas Inlander

16 September 2020   15:40 Diperbarui: 17 September 2020   08:40 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak zaman bahela sampai sekarang, ternyata masih banyak kampus yang membiarkan praktik perpeloncoan di masa ospek.

Pengalaman Inisiasi di Kampusku
Saya sempat merasakan bagaimana ospek konvensional itu. Di kampus saya tidak mengenal istilah ospek, kami menyebutnya inisiasi. Hal ini untuk memutus praktik kolonial dan senioritas pada tradisi ospek. Saya rasa istilah inisiasi adalah kata yang tepat, karena memang diisi dengan pengenalan mahasiswa baru pada kampusnya, baik itu keadaan akademik, maupun non akademiknya. 

Memang di inisiasi tersebut masih diselipkan drama senioritas oleh divisi keamanan. Tapi itu murni sandiwara semata. Pada kenyataanya, divisi keamanan pada inisiasi di kampus saya sering harus pergi ke belakang untuk melepas tawa yang setengah mati mereka tahan karena berakting galak di depan mahasiswa baru. 

Aktivitas hukuman fisik juga terbilang pada taraf yang sangat ringan, tidak ada unsur penyiksaan. Nilai keadilan juga dipraktikan oleh divisi keamanan ini, tidak hanya mengawasi para mahasiswa baru, mereka juga mengawasi sesama panitia inisiasi, bahkan sesama anggota divisi keamanan. 

Panitianya juga tidak memberikan tugas yang terbilang aneh dan mustahil kepada mahasiswa baru, sekadarnya saja. Bahkan cenderung tugas yang diberikan bersifat seru, memacu kreativitas, menghibur, dan mendidik. Misalnya membuat artikel kelompok yang harus mengikuti kaidah pengutipan sumber informasi sesuai dengan regulasi kampus. 

Ada juga sesi debat antar kelompok terhadap satu isu terkini, dengan menyandingkan kelompok pro dan kontra. Tipikal kegiatan yang telah mempersiapkan mahasiswa baru dengan situasi perkuliahan yang akan dihadapinya.

Di hari terakhir inisiasi adalah pentas seni anyar kelompok. Di akhir acara, para kakak-kakak yang berakting galak tadi semuanya berkumpul di tengah lingkaran, lalu dengan lagu dangdut berjoget bersama sambil tertawa-tawa. Beberapa mahasiswa baru ada yang langsung menangis dengan hal yang tidak di sangka-sangka itu. 

Semua orang di situ pun bangkit berdiri berjoget bersama dengan suka ria. Bahkan kakak-kakak yang berakting galak itu menjadi teman kuliah yang akrab dengan maba, bahkan aslinya merupakan pribadi yang humoris.

Saya tidak tahu bagaimana dengan realitas ospek/inisiasi di kampus lain. Apakah murni sebuah setingan drama, atau murni ajang balas dendam berjiwa mentalitas inlander (warisan gaya menjajah dari masa kolonial).

Ospek Virtual Masih Kolonial
Video ospek virtual yang viral beredar di internet membuat banyak pihak menyayangkan hal ini. Penggunaan bahasa verbal yang bernada perpeloncoan terucap oleh para panitia. 

Sudah tidak asing, banyak mahasiswa senior yang bergabung menjadi panitia ospek bukan untuk tujuan pengenalan mahasiswa baru pada dunia kampus, tapi sebagai ajang balas dendam. Kasusnya sama seperti para kakak di ekstrakulikuler pramuka di banyak sekolah. Bukan untuk kegiatan seutuhnya, tapi untuk membalaskan dendam mereka, seperti yang dulu mereka alami kepada anak-anak baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun