Mohon tunggu...
SeverinoLH
SeverinoLH Mohon Tunggu... Freelancer - Active Talker

Digital Media Strategy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

0,01% yang Membunuh 99,99%

15 September 2020   18:46 Diperbarui: 15 September 2020   18:56 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DKI Jakarta adalah contoh bahwa diperlukan kerja sama semua elemen dalam memutuskan rantai penyebaran covid-19. Karena banyak warga DKI Jakarta yang tidak patuh pada protokol kesehatan, membuat angka penyebaran covid-19 melonjak, sehingga PSBB terpaksa diberlakukan ulang. 

Sayangnya, saya berasumsi bahwa di daerah lain juga ada banyak masyarakat yang tidak pro aktif menerapkan protokol kesehatan. Di DIY saja, di mall saya masih sering melihat ada orang yang tidak memasang masker, padahal ia tidak sedang mengonsumsi sesuatu secara oral. Misalnya saja di tempat busana, ada yang menurunkan maskernya. Saat di eskalator juga masih saja ada yang berdiri bersampingan, atau tidak membuat jarak minimal 2 langkah di eskalator. 

Saya sudah taat menjaga jarak, tapi jika yang lain tidak, maka ketaatan saya bukan tidak mungkin menjadi sia-sia. Untungnya, orang-orang di lingkungan pertemanan saya paham dengan pentingnya protokol kesehatan. Meski kami datang bersamaan, saat di eskalator kami tetap menjaga jarak sesuai petunjuk yang telah dibuat.

Apa yang saya lihat di mall masih bisa terkendali. Berbanding terbalik dengan apa yang sering saya lihat di jalanan. Banyak pengendara yang terang-terangan tidak mengenakan masker maupun helm. 

Di mini market pun ada banyak pengunjung yang bebas masuk ke mini market, padahal tidak mengenakan masker. Tidak seperti saat PSBB dan awal New Normal, sangat jarang saya menemukan pelanggan protokol kesehatan. 

Semenjak tidak adanya petugas pengecekan di setiap mini market, banyak orang yang tidak mengenakan masker bebas menyelonong masuk. Pada saat mengantri juga saya sering merasa was-was dengan pengantri di belakang saya, sebab banyak yang tidak menjaga jarak aman. 

Percuma saja kalau saya saja yang menjaga jarak dengan orang di depan saya sedangkan yang di belakang saya dengan santainya berdiri terlalu dekat dengan saya. 

Dua gambaran tersebut merupakan penegasan saya, bahwa setiap orang harus pro aktif menerapkan protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran covid-19. 

Contoh kasus yang sama ketika berkendara. Jika 99,99% orang di jalan (pengendara ataupun pejalan kaki) sudah berkelakuan baik, tapi ada 0,01% saja yang berkelakuan tidak baik, kecelakaan akan menimpa, tidak perduli sudah ada 99,99% yang tidak berbuat salah. 

Begitu pula dengan protokol kesehatan, ketika saya dan teman-teman saya sudah mentaati protokol kesehatan dengan sangat baik, tapi ketika ada satu orang asing saja yang tidak mengikuti protokol kesehatan berada di sekitar kami, maka kami yang seharusnya berpotensi sangat kecil untuk berpapasan dengan covid-19, menjadi berpotensi besar. Bisa saja selama seharian itu orang asing tersebut ada berinteraksi langsung dengan orang yang membawa covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun