Mengubah diri menjadi orang lain justru bikin capek sendiri. Yang penting Be Yourself. NAH, dari pernyataanku yang satu ini, masih saja ada haters yang nyinyir. (Padahal aku lho bukan artis, tapi punya haters :P) Banggakah kamu, Andria?Â
Oke, mungkin sebutan haters terlalu kasar untuk diucapkan. Bagaimana kalau kita diganti... Si Kritikus saja. Ya panggil saja ia Si Kritikus.
Ada saja kepala-kepala yang tak akan bisa paham dengan kepala lainnya. Tapi suruh mengubah kepala lainnya untuk mengubah diri sedangkan Si Kritikus sendiri Anti-Kritik.Â
Biasanya, kebanyakan orang suka gampang mengkritik tapi tak mau dikritik. Begitulah sebenarnya tabiat orang kebanyakan kan?!
Ya baik saja kalau perubahan itu ke arah yang baik-baik. Dan tentu saja yang baik-baik tadi butuh proses untuk menjadi yang lebih baik.Â
Bayi saja merangkak dulu, baru bisa berlari kan? Begitulah perubahan itu butuh PROSES. Yang tidak suka sama Proses tentu saja Si Kritikus itu. Maunya cepat, babibu, tanpa pikir panjang langsung estimasi!Â
Sebenarnya ngapain sih kita capek-capek mengurusi sang kritikus itu?! (Tanpa maksud Su'udzon) Apalagi Sang Kritikus tak benar-benar baik dengan dirinya sendiri tapi berusaha untuk mengubah orang lain sesuai dengan aturannya. Aku lupa namanya apa? Tapi mungkin kompasioners ada yang bersedia membantuku, termasuk kepribadian apakah manusia-manusia itu?!
Ada lho yang sudah kepala 3 bahkan kepala 4 memiliki kehilangan kepribadian. Ya layaknya seperti remaja-remaja abegeh yang masih labil. Bukan bermaksud menjelek-jelekkan, tapi sebagai studi kasus, mengapa ada yang masih dalam tahap pencarian di usia yang tak lagi muda. Oke, mungkin ini terkait oleh didikan orang tua dan atau lingkungan sekitar.Â
Nah, tapi untuk mengubah masa depanmu menjadi lebih baik, diantaranya :
1. Yang tadinya puasa bolong-bolong menjadi penuh sekarang,