Lagi-lagi ku tengok pecahan kaca disudut ruang.
Langkahku diam dibalut kacau menyadarkan ruang ini harusnya hangat tempat ku pulang
Namun perlahan tetap ku sapu satu-satu pecahannya
Biar yang lain tak mampu melihat riaknya
Sampai tidak bisa lagi ku hitung purnamaÂ
Purnama enggan tampak, malamku seringnya mendung diselimuti rapuh
Anganku pernah ada ditengah laut dengan gagahnya kapal
Nyatanya aku hanya punya sekoci yang rapuh
Dan, tahunnya berlalu riuh ombaknya tak tenggelam
Sekoci ini tidak mampu singgah pada dermagaÂ
Ujungnya ku harus bertahan ditengah ricuhnya ombak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!