Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

IndonesiaX, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dengan Free Online Courses

29 Desember 2015   09:35 Diperbarui: 16 Januari 2016   09:57 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama Tim IndonesiaX beserta Tim Rumah Perubahan usai Talkshow Sarah Sechan di NET TV, Gedung The East, Jakarta Selatan, pada 22 Desember 2015. Foto: IndonesiaX

Ketika saya masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD), ketika pelajaran menggambar tiba, guru seringkali (cenderung selalu) memberi perintah untuk menggambar sebuah pemandangan. Dan, waktu itu di benak saya, yang namanya pemandangan itu adalah berupa dua gunung dengan satu matahari di tengahnya. Kalaupun ada jalan setapak di tengah gunung dan sekawanan burung itu adalah pengembangan sedikit dari masing-masing siswa.

Setelah saya menjadi orangtua, saya masih melihat proses menggambar pemandangan dengan hasil seperti gambaran saya sewaktu SD. Artinya, tidak ada peningkatan dalam proses belajar-mengajar, setidaknya dalam pelajaran kreativitas menggambar. Dan ternyata, proses belajar tanpa peningkatan tersebut menurut Prof. Rhenald Kasali, Founder Rumah Perubahan, merupakan metode belajar yang salah. Bagaimana mungkin disebut sebagai pelajaran kreativitas tapi siswa di paksa untuk menghafal. Menghafal bahwa menggambar pemandangan itu berupa dua gunung dan satu matahari. Pelajaran kreativitas itu harusnya membebaskan siswa dengan segala bentuk imajinasinya, jangan membatasi dengan pagar-pagar tertentu.

Prof. Rhenald Kasali, Ph.D, Founder Rumah Perubahan, hadir pada acara Talkshow Sarah Sechan edisi Hari Ibu, pada Selasa, 22 Desember 2015 di Kantor NET TV, Gedung The East, Jalan Lingkar Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Pada acara talkshow tersebut hadir pula Lucyanna Mangoendipoero Pandjaitan, Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) IndonesiaX.

Pada kesempatan itu, Prof. Rhenald Kasali ingin supaya para orangtua sekarang merubah metode belajar, jangan seperti orangtua dulu. Banyak orangtua dulu yang tidak membebaskan anak dalam menentukan masa depannya. Anak-anak belajar di sekolah pilihan orangtua. Sampai-sampai soal jurusan pun atas pilihan orangtua. Karena keinginan orangtua, anak menjadi sarjana ini-itu, tak cukup hanya S1, kalau bisa minimal meraih S2, dengan harapan kelak anak mendapat karir dan sukses, dengan pendidikan dan gelar tinggi tersebut.

Namun faktanya, mereka-mereka ini yang waktu sekolahnya sangat pintar, berprestasi dengan ijazah yang baik tapi karir suksesnya tak lama bertahan. Sukses sebentar langsung turun ke tingkat biasa bahkan rendah. Karena apa? Karena selama ini mereka hanya berperan sebagai passenger, penumpang. Orangtuanya lah yang menyetir si anak. Anak hanya sarana atau obyek penyalur keinginan orangtua. Tapi kenyataannya berbanding terbalik dengan keinginan tersebut.

Di sisi lain, kini mulai banyak ditemui orang-orang sukses yang ternyata mempunyai sisi akademik yang biasa saja. Bukan sarjana, namun bisa sukses berkarir di masyarakat. Orang-orang inilah yang menurut Prof. Rhenald Kasali adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan diri dan kemampuan mengendalikannya.

“Kemampuan mengendalikan kekuatan diri inilah yang akan mampu membawa seseorang menuju tempat tertinggi dalam hidupnya,” ujar Prof. Rhenald. Dalam kesempatan itu pula, Prof. Rhenald Kasali bercerita tentang Yayasan Rumah Perubahan, yang ikut menjadi salah satu mitra kerja IndonesiaX.

“IndonesiaX merupakan sebuah platform kursus online gratis terbuka secara besar-besaran atau Massive Open Online Course (MOOC) yang independent dan pertama di Indonesia. Dan Prof. Rhenald merupakan salah satu Dewan Penasehat (Advisory Council) kami, IndonesiaX,”terang Lucyanna.

Mengusung semangat “Enriching Lives Through Education,” IndonesiaX hadir dengan menjalin kerjasama dengan beberapa universitas dan institusi terbaik dalam menyediakan konten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun