Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ken Arok Merebut Tahtanya

25 Juni 2021   13:12 Diperbarui: 25 Juni 2021   13:24 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah menjadi Raja Singosari, Sri Rajasa segera menggalang kekuatan dari daerah-daerah sebelah timur gunung kawi. Ken Arok memberikan penghargaan pada orang-orang yang telah berjasa pada dirinya, ketika Ken Arok masih berpetualang dulu. Ken Arok memberikan penghargaan pada anak Mpu Gandring, beserta para pandai besi, Bango Samparan beserta anak-anaknya, anak Kebo ijo, Anak Danghyang Lohgawe yang bernama Wangbang, Pendeta di Turyantapada.

Selain itu Ken Arok juga menggalang kekuatan dari bekas prajurit-prajurit Kerajaan Jenggala yang banyak tersebar di sebelah timur gunung kawi. Ken Arok menghubungi bekas panglima perang Kerajaan Jenggala yang bernama Gagak Inget. Dengan demikian kekuatan kerajaan Singosari menjadi besar karena mendapat dukungan dari Brahmana Siwa dan Pendeta Budha baik yang berada di timur gunung kawi, maupun barat gunung kawi. Mendapat dukungan dari bekas prajurit kerajaan Jenggala yang tersebar di timur gunung kawi, dan juga teman-teman Ken Arok dimasa mudanya berpetualang.

Kerajaan Kediri lama-lama merasa terganggu dengan langkah daerah Tumapel yang telah melepaskan diri dan menjadi Kerajaan Singosari, walaupun belum sebesar Kerajaan Kediri, tetapi Singosari akan membahayakan kedudukan Kerajaan Kediri. Maka atas saran Mahesa Wulungan dan Gubar Baleman, Raja Kertajaya mengirimkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Singosari pada tahun 1203 M atau 1204 M. tetapi serangan itu dapat dihantam mundur oleh prajurit gabungan Kerajaan Singosari.

Kemudian pada tahun 1205 M, ganti Kerajaan Singosari yang menyerang ibukota Kerajaan Kediri. Serangan tersebut berhasil menduduki ibukota Kerajaan dan Raja Kertajaya meloloskan diri ke Lawadan (Prasasti Lawadan, 1205 M). Di Lawadan Raja Kertajaya menyusun kekuatan kembali, kemudian menyerang balik ibukota Kerajaan kediri untuk merebut kembali tahta Kerajaan kediri. Serangan Raja Kertajaya yang didukung kekuatan dari daerah lawadan dan sekitarnya berhasil memukul mundur Kerajaan Singosari. Sehingga Raja Kertajaya kembali ke tahtanya sebagai Raja Kerajaan Kediri.

Sejak tahun 1205 M, Kerajaan Singosari dan Kerajaan Kediri saling bermusuhan, tetapi masing-masing Kerajaan belum ada yang berani untuk melakukan serangan. Terutama Kerajaan Singosari terus melakukan penggalangan kekuatan, baik menambah kekuatan, maupun memperbaiki kekuatan dan kemampuan perangnya.

Sri Rajasa dan senopati-senopati Kerajaan Singosari banyak melakukan latihan-latihan perang dan menggalang pemuda-pemuda wilayah timur gunung kawi untuk dilatih menjadi prajurit Singosari. Sehingga kalau sewaktu-waktu mendapatkan serangan dari Kerajaan Kediri, dapat mempertahankan diri.

Di kerajaan Singosari para Brahmana Siwa dan Pendeta Budha dapat hidup dengan tentram dan dapat melakukan kehidupan keagamaannya masing-masing dengan tentram tanpa dikejar-kejar prajurit, seperti ketika mereka masih di wilayah Kediri. Selain kegiatan keagamaan, dimasing-masing pertapaan yang banyak tersebar di wilayah timur gunung kawi, juga melakukan latihan-latihan seperti prajurit. Sehingga mereka dapat mempertahankan diri kalau dapat serangan musuh dari Kediri.

Peperangan kecil-kecil antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singosari sering terjadi terutama di daerah perbatasan antara Singosari dan Kediri, yaitu disekitar desa Ganter. Masing-masing kerajaan, baik Singosari maupun Kediri membuat benteng pertahananan di desa Ganter.

Pada tahun 1222 M, permusuhan antara Kerajaan Kediri dan kerajaan Singosari tidak dapat dihindarkan lagi. Perang besar mulai dipersiapkan oleh senopati-senopati di kedua Kerajaan tersebut. Kerajaan Kediri yang mempunyai prajurit yang sudah mapan dan senopati-senopati yang pilih tanding sudah bersiap untuk menggempur Kerajaan Singosari.

Kerajaan Singosari walaupun baru berdiri, tetapi mendapat dukungan yang luas dari kaum Brahmana Siwa dan pendeta Budha, juga telah mempersiapkan sebaik-baiknya prajurit-prajuritnya. Hingga pada suatu saat terdengar oleh Sri Rajasa bahwa Raja Kertajaya mengumbar perkataan bahwa "kerajaan Kediri tidak dapat dikalahkan, kecuali Bhatara Guru sendiri turun ke bumi."

Mendengar sesumbar Raja Kertajaya itu, marahlah Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi, lalu memanggil semua Brahmana Siwa dan Pendeta Budha. Sri Rajasa mohon diijinkan untuk menggunakan nama "Bhatara Guru" untuk melawan Raja Kertajaya. Lalu Brahmana Siwa dan Pendeta Budha mentahbiskan Sri Rajasa dengan nama Bhatara Guru untuk menghadapi Raja Kertajaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun