Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ken Arok Pembuat Sejarah

19 Juni 2021   23:12 Diperbarui: 20 Juni 2021   00:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KEN AROK PEMBUAT SEJARAH

Halaman 17

Pemimpin prajurit dan satu anak buahnya langsung menuju ke Mpu Purwa. Marilah orang tua, nampaknya kamu punya ilmu yang cukup untuk melawan kami berdua. Sehabis bicara pemimpin prajurit itu langsung menyerang Mpu Purwa dengan tiba-tiba dan cepat serangan itu, lalu disusul anak buahnya menyerang dari sisi yang lain.

Mpu Purwa terpaksa harus mundur kebelakang untuk menghindari serangan dua prajurit itu. Serangan pertama yang gagal dari prajurit itu, membuat mereka melakukan serangan berikutnya. Dua prajurit Kediri yang terlatih menyerang Mpu Purwa dengan gencarnya. Mpu Purwa masih mencoba untuk hanya menghindar saja.

Dua prajurit yang lain, sudah bertempur pula melawan Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng. Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng tidak hanya menghindar, tetapi mereka berdua juga menyerang dua prajurit itu dengan cepatnya. Sambil bertempur menghadapi pemimpin prajurit dan anak buahnya itu, Mpu Purwa juga mencoba mengamati perkembangan latihan yang telah dilakukan Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng.

Mpu Purwa merasa bangga dengan perkembangan ilmu dua pangeran yang sekarang menjadi muridnya. Nampak prajurit kediri itu tidak akan bertahan lama. Hiruk pikuk pertempuran di tiga lingkaran itu sangat seru dan ramai. Sementara Patra dan Ranu tak berani bergerak, karena ketakutan melihat pertempuran yang begitu dahsyatnya.

Tetapi tiba-tiba ada suara derap kuda menuju ke tempat mereka bertempur. Mpu Purwa sempat berpikir berapa banyak kuda yang menuju ke tempat pertempuran. Kejernihan pendengaran Mpu Purwa dapat memperkirakan kuda yang menuju ke arena pertempuran itu tidak lebih dari lima ekor.

Mpu Purwa berteriak pada Patra dan Ranu, cepat kalian menyebrang sungai, nanti kami akan menyusul. Patra dan Ranu ragu-ragu. Jangan ragu prajurit ini tak akan dapat mengejar kalian. Cepatlah sudah tak ada waktu lagi untuk ragu-ragu. Dengar derap kuda itu pasti prajurit Kediri yang menyusul kesini, kalau mereka sudah sampai sini, kalian tak dapat menghindar lagi. "Cepat pergilah!!!," teriak Mpu Purwa

Sontak Patra dan Ranu, walau ragu, tapi karena takut tertangkap prajurit Kediri. Tak menunggu waktu lagi langsung mencebur ke sungai dan menyebrangi sungai untuk segera masuk wilayah Tumapel. Begitu sampai ke daratan, mereka berlari masuk ke dalam hutan. Patra mengambil pisau kecilnya, lalu disetiap pohon besar yang dia lewati dia goreskan pisaunya ke kulit pohon itu. Untuk apa kakang, tanya Ranu. Untuk tanda agar tiga orang yang menolong kita dapat mengikuti kita. Ranu mengangguk-angguk, melihat kejelian kakangnya.

Sementara pertempuran Mpu Purwa, Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng melawan prajurit kediri berlangsung semakin seru. Tapi nampaknya prajurit kediri yang sudah tidak berharap lagi itu, ketika melihat derap kuda sampai di tepi sungai itu, mereka menjadi berbesar hati. Kawan-kawannya yang jaga diperbatasan mendengar pertempuran itu dan telah datang di tempat itu pula.

Prajurit kediri yang baru datang itu berjumlah 4 orang, langsung bergabung dengan teman-temannya. Mpu Purwa mencoba mendekatkan pertempuran ke lingkaran pertempuran Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng. Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng paham maksud guru dan juga pamannya itu. Maka pertempuran tiga lingkaran itu semakin rapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun