Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Recruiter | Talent Acquisition Specialist

Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan. Kopite, YNWA | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Badai PHK Bukan Seleksi Alam, Ia adalah Bencana dan Butuh Penanggulangan

21 Mei 2025   11:36 Diperbarui: 22 Mei 2025   20:38 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PHK: Freepik.com via Kompas

Belakangan, aktivitas di media sosial seperti tidak kenal libur. Di X, apa pun topik obrolannya, selalu menghasilkan kebisingan yang melibatkan beragam sudut pandang dari banyak orang.

Salah satu yang masih menjadi perdebatan hingga sekarang adalah, adanya segelintir orang yang beranggapan bahwa, badai PHK adalah contoh nyata dari seleksi alam di dunia kerja.

Sebetulnya, topik panas ini mulai digaungkan sejak masa pandemi. Kalian bisa cek topik serupa di history media sosial. Hanya saja, belakangan dibuat ramai kembali karena sampai dengan saat ini, terhitung sejak pandemi, badai PHK bukannya surut atau mereda, malah semakin merajalela dan membabi buta.

Kita bisa menebak, reaksi yang dihasilkan atas pernyataan bahwa PHK adalah seleksi alam, adalah ledakan amarah dalam beragam komentar yang sulit dikendalikan. Di antara keributan tersebut, yang sebaiknya dipikirkan adalah, "Apa kita nggak capek konflik horizontal melulu, kawan?"

Sama seperti badai lainnya, badai PHK jelas menjadi bencana untuk dunia kerja kita.

Banyak orang kehilangan pekerjaan, dipaksa berhenti bekerja, bukan karena seleksi alam seperti yang sampeyan ributkan. Bukan juga karena kurang atau tidak punya skill dalam bekerja. Badai PHK atau PHK massal, terjadi karena perusahaan tidak mampu lagi dalam membayar gaji atau benefit lain yang seharusnya diterima oleh pekerjanya.

Faktornya jelas beragam, kompleks, dan tidak bisa disepelekan. Ekonomi yang sedang lesu menjadi salah satunya. Sialnya, hal tersebut juga beririsan dengan daya serap tenaga kerja dan tingkat pengangguran yang semakin meningkat.

Sayangnya, banyak yang tidak menyadari, saat diumumkan PHK massal, baik perusahaan maupun pekerja, sama-sama dalam posisi yang tidak diuntungkan. Perusahaan kehilangan laba sampai akhirnya terpaksa menutup usaha.

Sedangkan di sisi pekerja, sudah jelas akan kehilangan mata pencaharian. Memulai kembali dari awal. Belum lagi harus bersaing dengan para pencari kerja lainnya: baik dengan lulusan baru, pekerja aktif yang sedang mencari peluang baru, maupun yang bernasib sama.

FYI, agar sampeyan tidak sembarang menghakimi tanpa empati, kawan. Yang masuk dalam daftar PHK oleh pihak HRD atau manajemen perusahaan, bukanlah mereka yang tidak becus bekerja atau tidak melakukan tugasnya dengan baik. Tidak seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun