Permasalahan dunia kerja kita belakangan ini rasa-rasanya sudah di level semakin ruwet. Istilah memprihatinkan pun sepertinya akan minder jika dihadapkan dengan mumet dan carut-marut  yang melibatkan perusahaan, para pekerjanya, serta kesenjangan yang tak kunjung dibenahi.
Dari sekian banyak persoalan di dunia kerja kita, yang menjadi momok dan masih saja menjengkelkan adalah sistem kerja outsourcing. Bahkan, Pak Presiden sendiri, Prabowo Subianto, menyampaikan bakal menghapus outsourcing dalam pidato Hari Buruh di Monas, pada 1 Mei lalu, saat perayaan Hari Buruh berlangsung.
Mengutip dari CNN Indonesia, kata Pak Prabowo, "Saya akan meminta Dewan Kesejahteraan Nasional mempelajari bagaimana caranya kita kalau bisa, tidak segera, tapi secepat-cepatnya kita ingin menghapus outsourcing."
Sebentar, Pak. I-ini betulan? Apakah penghapusan outsourcing akan benar-benar dilakukan secepat-cepatnya?
Dengan segala hormat, izinkan saya untuk memberikan sudut pandang lain, agar penghapusan outsouring ini tidak terkesan terburu-buru. Apalagi tanpa mempertimbangkan banyak hal lebih dulu.
By the way, saya bukan pendukung sistem outsouring secara ugal-ugalan, ya, Pak. Bukannya apa, saya hanya tidak ingin dunia kerja kita semakin hilang arah dan dijadikan bahan percobaan tanpa kepastian.
Pertama, penghapusan outsourcing perlu mitigasi dan perhitungan
Saat ini, PHK masih terjadi di mana-mana, serampangan, tanpa penanganan. Juga, tanpa mengenal skala bisnis. Perusahaan berskala besar, multi nasional atau nasional, UMKM, apa pun lini bisnisnya, belakangan nasib sial bernama PHK nggak pernah mau berkompromi dengan itu.
Itulah kenapa, pikir saya, boleh saja berencana outsourcing dihapuskan. Tapi, hal ini juga perlu mitigasi dari sisi regulator. Jika tidak, penghapusan outsourcing hanya akan seperti bom waktu. Tinggal menunggu kapan terjadi ledakan dashyatnya.
Okelah, outsourcing ditiadakan. Lantas, ke mana para pekerja outsourcing ini akan berlabuh? Perusahaan mana yang akan menampung? Ladang mana yang disediakan oleh pemerintah dan dapat mereka olah untuk mengais rezeki di kemudian hari?