Pengalaman menyebalkan ini terjadi pada tahun 2018, sekira pukul 08.20 di metromini S 640, jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang. Kala itu, saya sedang berangkat ke kantor. Saya mengingat detail kejadiannya hingga sekarang, karena apa yang saya alami sangat menyebalkan.
Bikin ketawa, tapi ngeri-ngeri sedap. Dibilang bikin takut, tapi nggak juga. Meski pada saat itu, saya langsung dihadapkan dengan dua copet sekaligu. Mereka komplotan.
Begini ceritanya.
Kala itu, saya tiba di stasiun Sudirman sekitar pukul 08.00. Saya jalan sedikit tergesa-gesa menuju pintu keluar stasiun, karena harus tiba di kantor pukul 08.30. Belum lagi harus menunggu metromini S 640 menuju jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Biasanya lumayan lama. Sekalinya ada, jadi rebutan pekerja yang lain juga. Ditambah, jalanan yang agak macet.
Hadeeeh. You know, lah. Jalanan ibu kota pada jam berangkat kerja adalah suatu siksaan tersendiri bagi para pekerja dan banyak orang. Nyebelin.
Akhirnya, saya berhasil naik metromini sekitar pukul 8.15, setelah berjibaku dengan para penumpang lain. Rebutan, senggol-senggolan.
Mau bagaimana pun situasi dan kondisinya, saya selalu menggunakan jurus yang sama saat menggunakan transportasi massal, yakni: tas selalu digendong di depan sambil dipeluk. Kalau bisa, tangan dalam posisi siap siaga, menjaga area resleting tas supaya tetap tertutup rapat. Agar barang bawaan bisa terjaga dengan baik. Aman.
Meskipun begitu, ada kalanya saya apes. Sudah sekuat tenaga menjaga barang bawaan, tas ditaruh di depan, eh, bagian bawah tas malah disilet. Atau ketika lengah sedikit saja, resleting langsung bergeser, dan tangan pencopet sudah merogoh, masuk ke dalam tas. Seperti yang dialami oleh saya.
saya bergerak secara perlahan ke bagian depan metromini karena harus bersiap turun. Dalam pergerakan yang terbatas dan serba hati-hati, dan cara melaju metromini yang kurang nyaman, saya harus tetap menjaga tas saya. Perasaan saya sudah tidak nyaman ketika berdiri di samping dua orang yang menghimpit saya dari sisi kanan dan kiri.
Benar saja, ketika posisi tangan saya masih menjaga dan berada di antara resleting tas bagian depan yang terletak di bagian bawah, saya merasa resleting bergerak secara perlahan. Anti-klimaks terjadi pada momen ini.