Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

New Normal di KRL, Apa yang Akan Terjadi Saat Penumpang Diimbau untuk Tidak Berbicara di Dalam KRL?

2 Juni 2020   09:00 Diperbarui: 2 Juni 2020   09:05 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang menunggu KRL datang: Merdeka.com/Fotografer Magang : Muhammad Fayyadh 

Beberapa lini dan bidang di Indonesia, sedang mempersiapkan rancangan juga himbauan untuk menghadapi new normal atau kelaziman baru dalam rangka beradaptasi dengan pandemi. 

Kita sama-sama tahu, terhitung kurang lebih selama tiga bulan, banyak karyawan yang mulai bekerja dari rumah. Para pelajar dan pengajar yang melakukan kegiatan belajar-mengajar dari rumah, dan banyak kampus yang melakukan acara wisuda secara online.

Apa pun kegiatannya, dalam menghadapi kelaziman baru, kita semua dituntut untuk dapat beradaptasi. Termasuk saat menggunakan transportasi massal. KRL salah satunya. 

Sebagai pengguna setia KRL selama kurang lebih 10 tahun, seharusnya sih nggak begitu sulit ya, beradaptasi dengan beberapa protokol juga himbauan teranyar yang diberikan oleh pihak commuter line.

Melansir dari CNN Indonesia, baru-baru ini, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menyiapkan sejumlah prosedur baik bagi karyawan maupun pengguna KRL dalam situasi new normal. Salah satunya, melarang penumpang berbicara, baik secara langsung maupun via telepon, untuk mencegah penularan virus corona.

Saya nggak berniat untuk tidak mematuhi prosedur yang diberikan, tapi apakah pengawasannya akan cukup ketat dan serius? Apalagi, jika ada suatu kendala di dalam gerbong KRL, kebiasaan para penumpang kebanyakan adalah membuat viral oknum yang melanggar aturan dengan cara mengambil gambar dan/atau video, lalu posting sekaligus lapor ke akun Twitter @commuterline. Maksud saya, apakah akan efektif dan segera ditangani, gitu?

Nih, saya kasih info tambahan. Di beberapa stasiun seperti stasiun Bogor, Cilebut, Bojong Gede, juga Citayam, banyak penumpang yang punya teman janjian saat berangkat kerja atau bepergian. 

Mereka biasa disebut sebagai RoKer (Rombongan Kereta), karena kebiasaannya yang bergerombol saat naik KRL, lalu berkumpul di gerbong dekat sambungan kereta.

Nah, kebiasaan mereka, bercanda dan melontarkan guyonan setiap hadir di dalam gerbong. Meski terkadang menyebalkan dan ngeyelan, tapi ada kalanya menghibur. Lumayan sebagai penghilang kantuk di pagi hari. Apakah para roker ini nantinya akan terdiam begitu saja? Saya pikir, bisa iya, bisa juga tidak.

Begini. Sebenarnya, new normal atau kelaziman baru di KRL, bagi para pengguna setia KRL seharusnya tidak begitu sulit. Dari apa yang saya lihat dan saya alami secara langsung selama 10 tahun terakhir, kami, para pengguna KRL, sudah terbiasa berdiam diri di tempat nyaman kami masing-masing dan membunuh kebosanan tanpa mengobrol sekalipun.

Kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mendengarkan musik, bermain game, chattingan, baca buku, atau tidur sambil berdiri. Jika memang sedang padat, kami biasa tidak menerima telepon yang masuk, kok. 

Alasannya sederhana, selain ribet karena berdesakan, jika ditanya oleh penelepon kenapa nggak direspon, kami sudah punya jawaban template, "Maaf tadi lagi di kereta, penuh banget di gerbong" atau "Maaf, hapenya di-silent".

Jadi, himbauan untuk tidak berbicara seharusnya tidak sulit bagi para pengguna KRL.

Yang masih agak sulit diwujudkan, saya pikir, soal bagaimana menjaga jarak di dalam gerbong KRL, Pak, Bu. Alih-alih himbauan menahan diri untuk tidak berbicara selama di KRL, ada baiknya juga memikirkan hal ini. 

Sebab, jika orang sudah cuek dan bodo amat dengan pandemi ini, tiap gerbong KRL akan kembali penuh sesak. Sama sekali tidak ada ruang dan celah untuk menjaga jarak. Ini pun sama rentannya, bukan?

Di sisi lain, saya pun masih ingat dan melihat secara langsung beberapa tindakan dari pihak commuter line untuk mengimplementasikan protokol kesehatan yang berlaku, seperti pengecekan suhu tubuh, penumpang yang diarahkan dan diurai ke tiap kereta yang masih kosong, juga bangku yang diberi tanda "X" agar penumpang satu dengan lainnya secara sadar bisa menjaga jarak.

Hal tersebut juga harus diimbangi oleh kelakuan warga +62, sih. Perlu kesadaran dari diri masing-masing gitu. Sebab, di waktu yang bersamaan, ketika beberapa waktu yang lewat naik KRL, saya juga melihat bagaimana para penumpang yang ngeyel dan ogah mengikuti protokol dari pihak commuter line.

"Halah, ngapain sih dicek suhu tubuh segala. Bikin lama aja. Ribet!" kata sebagian calon penumpang KRL yang nggak sabar saat mengantre pengecekan suhu tubuh.

Pada dasarnya, nggak perlu kaget atau heboh lah soal himbauan kelaziman baru di KRL. Toh, biasanya juga kita memang jarang ngobrol satu sama lain saat naik KRL. Kebanyakan dari kita juga lebih suka fokus ke hape masing-masing selama di perjalanan. Bener, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun