Sampai dengan saat ini, banyak trotoar di beberapa kota besar di Indonesia yang terbilang belum ramah pedestrian.Â
Tanpa harus berteori ini-itu, fakta di lapangan sudah memperlihatkan secara jelas bahwa, trotoar yang semestinya diperuntukan untuk pedestrian, malah seringkali disalahgunakan.
Mulai dari pedagang kaki lima yang berjualan di sembarang tempat hingga menutup jalan, sampai dengan banyaknya motor yang lewat untuk menghindari kemacetan.Â
Giliran ditegur, bukannya minta maaf dan mengakui kesalahan, malah ngegas dan nantangin balik. Memang lucu kelakuan beberapa makhluk bumi yang bertempat tinggal di negara +62 ini.
Wajar dong, jika kemudian banyak yang beranggapan bahwa trotoar di negara ini belum ramah pedestrian.Â
Kalau pun ada trotoar yang bagus dan rapi, tidak ada yang berdagang sembarangan atau pengendara motor yang lewat, seringkali harus dengan teguran atau sanksi yang tegas terlebih dulu dari pemerintah setempat atau petugas yang berwenang bagi para pelanggar.Â
Meski sudah dibuat aturan tegas terkait hal tersebut, terkadang masih saja ada oknum yang nakal dan sulit diatur.
Pada kenyataannya, bukan hanya pedestrian saja yang menjadi korban dari perilaku egois seseorang ketika menggunakan trotoar. Pesepeda pun bernasib serupa. Lajurnya sering "direbut" oleh pengendara motor untuk menyalip.Â
Pikir mereka, mungkin karena jumlah pesepeda tidak sebanyak pengguna motor dan lajurnya jarang digunakan oleh orang yang bersepeda, jadi ya sudahlah dilewati saja.
Sehingga mau tidak mau, pesepeda menggunakan trotoar agar mereka bisa tetap melaju. Dan hal tersebut sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi saya ketika berangkat maupun pulang bekerja.