Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agar Belanja Sesuai Rencana, Gunakan Teknik Catat Sebelum Membeli

10 Januari 2020   17:00 Diperbarui: 10 Januari 2020   17:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belanja: Istock via DetikFood

Sewaktu SD, saya seringkali diminta Ibu untuk membeli sesuatu di warung. Mulai dari bumbu dapur, perlengkapan untuk mandi yang terdiri dari sabun, pasta gigi, dan shampoo, hingga minyak tanah. Ya, perlu diketahui dan diingat, sebelum populernya kompor gas beserta gas elpiji, pada masanya kebanyakan orang Indonesia menggunakan minyak tanah untuk memasak.

Kemudian, karena semakin langka dan mahal, akhirnya minyak tanah digantikan oleh gas elpiji yang memang satu paket dengan kompor gas dalam penggunaannya.

Bahkan di Wonogiri, Bibi dan keluarga di sana masih menggunakan tungku tradisional untuk memasak lengkap dengan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Meski terkesan sangat tradisional, memasak dengan menggunakan tungku tradisonal dengan kayu bakar memiliki sensasi juga cita risa tersendiri.

Rasanya harus saya sudahi nostalgia sekaligus romantisasi akan memasak dengan beragam cara tersebut sebelum tulisan ini malah beralih menjadi tutorial memasak dengan minyak tanah atau kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Hehehe

Kembali ke topik pembahasan pergi ke warung. Saat diminta untuk membeli minyak tanah, kenangan yang paling saya ingat adalah menenteng jerigen. Ketika berjalan menuju warung, biasanya jerigen saya bawa sambil ditendang menggunakan kaki juga dengkul. Hanya untuk iseng dan menghilangkan rasa malas saat diminta pergi ke warung oleh Ibu, sih.

Setibanya di warung, sudah lumrah dan menjadi kebiasaan setiap pembeli berkata, "beeelliiiii~" (sambil dinadakan). Jika pemilik warung belum menghampiri, saya akan melakukan beberapa keisengan seperti memegang beberapa ciki walau tidak dibeli.

Keisengan lain yang pasti dilakukan adalah menggenggam beras yang dipajang di bagian depan warung. Entah kenapa, hal ini juga dilakukan oleh kebanyakan orang. Sulit dijelaskan dengan kata-kata bagaimana rasanya dan apa alasannya, yang jelas menyenangkan.

Jika Ibu sedang minta tolong dibelikan sesuatu dan tidak banyak, saya bisa saja mengingatnya dengan mudah. Namun, sesekali Ibu meminta belanja untuk kebutuhan rumah sekaligus. Singkat kata, banyak yang dibeli.

Untuk meminimalisir lupa, apa saja yang dibeli atau ada yang tidak terbeli, biasanya Ibu membuatkan saya catatan yang ditulis di secarik kertas untuk kemudian diserahkan kepada pemilik warung. Selanjutnya, biar pemilik warung yang menceklis apa saja yang dibeli.

Membuat daftar belanja sebelum membeli sesuatu rupanya sudah menjadi kebiasaan Ibu sejak lama. Pasalnya, jika tidak membuat daftar apa saja yang harus dibeli, Ibu seringkali belanja diluar kebutuhan terkini.

Misalnya saja, pernah suatu waktu Ibu ingin membeli wajan dan panci baru. Hal tersebut sudah diutarakan sebelum berangkat ke pasar. Lha, pulang-pulang malah membawa pemanggang roti. Ke depannya memang pasti akan digunakan, tapi belum menjadi kebutuhan utama. Parahnya lagi, niat mau beli apa, eh, yang dibeli malah yang lain, selain terkadang memang sedang ada diskon yang menggiurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun