Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Catatan Seorang Perekrut - Debut Seorang Perekrut #8

13 Mei 2019   05:40 Diperbarui: 13 Mei 2019   05:45 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi.

Pagi itu ketika gue berangkat kerja di hari kedua setelah tanda tangan kontrak, rasanya dingin banget. Gue berpakaian rapi, kemeja krem, celana cokelat, juga sweater biar hangat. Setelahnya gue sadari, kayaknya badan gue drop, belum terbiasa harus bangun subuh dan langsung beraktivitas, sepertinya. Pukul 05.30, tidak ramai laiknya hari kerja, perlu diingat, gue langsung diminta untuk lembur di hari Sabtu.

Selama di kereta, gue mengingat lagi apa aja yang dikerjakan selama menganggur alias jobless. Bantu istri di rumah, cuci piring, nyapu, ngajak ngobrol Tobio yang ketika itu usianya kurang lebih empat bulan, pokoknya apa yang bisa dikerjakan, gue lakukan. Terharu setelahnya, malah ada rasa kangen ada di rumah bareng Nazliah dan Tobio -mungkin karena kebiasaan tersebut sudah terbentuk selama 14 hari-.

Selain itu, gue pun masih ga menyangka akan bekerja di kantor baru, dengan ruang lingkup pekerjaan yang baru, kebiasaan baru, dan rekan kerja baru. Meninggalkan kebiasaan lama berikut juga rekan kerjanya. Adaptasi.

Awal lulus kuliah, gue memang ingin kerja di Bogor dulu, biar dekat dengan domisili, setelah merasakan kerja di Bogor, eh, malah pengen kerja di kawasan Jakarta, naik kereta dan transjakarta biar seperti pekerja kebanyakan. Hehe. Lumayan ada konten baru yang bisa diposting di instastory dengan segala keunikan cerita kemacetan di Jakarta.

Untuk menuju Gatot Subroto, awalnya gue turun di Stasiun Sudirman, dilanjutkan dengan naik metromini 640 untuk menghindari kemacetan. Namanya anak baru, belum tau rute efektif lewat mana karena belum banyak tanya dan ga nanya ke teman. Singkat cerita, tiba di kantor sekitar jam 08.00, kepagian. Ruangan masih kosong. Baru bengong sebentar, akhirnya mulai pada berdatangan, ada satu supervisor dan dua rekan kerja gue, mereka gue anggap senior karena memang lebih dulu dan lebih lama masa kerjanya dibanding gue yang baru satu hari.

Selain ada mereka ini, di ruangan nanti ada dua anak magang, sebab Sabtu, jadi mereka ga perlu masuk.

Diinfokan, pada hari itu udah banyak kandidat yang dihubungi untuk mengikuti proses walau pun hari Sabtu karena sedang ada kebutuhan atau projek baru. Mulai 08.30, akhirnya kandidat mulai berdatangan satu per satu. Cukup banyak, sekitar 20 orang. Awal mula wawancara kandidat, gue liat bagaimana para senior gue "beraksi", apa aja yg sekiranya wajib ditanya, selebihnya probing aja. Jujur aja, awal mula wawancara itu gue belum dapet feelnya, kandidat yang bagus itu yang seperti apa dari mulai cara menjawab, jawaban yang dilontarkan, dan sikap ketika wawancara. Seadanya aja di hari pertama itu, yang penting ngerasain dulu hiruk pikuk sebagai perekrut.

Dalam satu hari yang sama, jika ada kandidat yang hasil wawancara awal paling tidak dipertimbangkan bisa langsung mengikuti psikotes. Lagi-lagi, gue harus belajar lagi soal psikotes, bagaimana administrasinya (instruksi, dlsb), skoring, dan lain-lain. Kali ini, gue langsung "dicemplungin" sama senior gue untuk psikotes sendirian secara langsung. Ga ngerti apa motivasinya, apa dia lagi sibuk atau emang mau challenge gue aja.

Sempat panik juga gue, walau pun dulu sempat jadi asisten laboratorium psikologi di kampus yang tugasnya jadi tutor buat para mahasiswa untuk administrasi alat tes psikologi, ya namanya pengalaman pertama, apalagi baru "pegang" alat tes lagi. Alhasil, untuk instruksi gue langsung cari tau sendiri di internet. Begitu dapet, gue baca instruksinya langsung dari handphone. Gugup, tapi gue harus tetep keliatan profesional dan pede.

Sekitar jam 12.00, semua kandidat diistirahatkan terlebih dulu. Kami pun butuh istirahat. Selama istirahat gue ditanya dan diajak ngobrol soal proses tadi, ya gue langsung jujur aja agak grogi waktu psikotes. Setelah itu, baru lah senior gue ini ngasih instruksi alat tes yang ada di kantor dan minta dipelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun