Mohon tunggu...
Setiawan D. Nusa
Setiawan D. Nusa Mohon Tunggu... -

Ingin Melihat Matahari Terbit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banjir Besar, Ketika Korea Utara Menunjukan Sisi Sosial

4 Oktober 2016   12:14 Diperbarui: 4 Oktober 2016   12:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kerusakan dan pekerja setelah banjir besar melanda wilayah utara Korea Utara. (Credit photo: AP Photo/Kim Kwang Hyon))

Hallo Pembaca Kompasiana!

Satu fenomena sosial yang sedang terjadi akhir-akhir ini dan sering kita lihat, suatu momentum dimana manusia lintas ideologi disatukan oleh peristiwa anomali alam. Kemampuan manusia untuk ‘bersatu’ atas dasar prinsip Kemanusiaan, mayoritas dari kita mampu menanggalkan identitas jati diri untuk sementara dan bersedia membantu manusia-manusia lainnya yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Studi kasus terakhir yang menunjukan gelaja fenomenan sosial ini kita rujuk pada peristiwa alam banjir besar di Korea Utara yang berdampak pada kisaran 600.000 orang lebih.

Banjir yang menerjang wilayah di bagian utara dari negara pimpinan Kim Jong Un tersebut terjadi pada pertengahan bulan September lalu, berdasarkan data pemerintah yang dirilis oleh petugas badan kemanusiaan PBB, terdapat 133 orang korban meninggal, 395 orang menghilang. Banjir besar ini juga menghancurkan setidaknya 30.000 rumah yang ada.

Dampak dari peristiwa ini dapat bertambah buruk, karena kondisi alam di semenanjung Korea dalam waktu dekat akan mengalami musim dingin yang mana suhu dapat menunjuk hingga minus 30 derajat Celcius. Sehingga memicu Palang Merah Internasional yang bekerja di Korea Utara menyerukan komunitas internasional untuk turut membantu mengatasi permasalahan ini secepat mungkin. Menunggu uluran bantuan komunitas internasional kepada rakyat Korea Utara atas tempat huni permanen, makanan dan minuman, serta bantuan kesehatan.

Otoritas Korea Utara, melalui perwakilannya, telah meminta bantuan yang sangat jarang dilakukan kepada komunitas internasional untuk turut membantu dan berkontribusi dalam penangganan terhadap korban banjir yang jumlahnya ratusan ribuan tersebut. Inilah yang menjadi perhatian kita bersama, hal ini menandakan bahwa Korea Utara sebagai negara berdaulat juga menunjukan sisi ‘sosial’ nya, bahwa se-ekstrim apapun perbedaan pemikiran (politik) Korea Utara, tetapi tetaplah mereka membutuhkan hubungan sosial dengan orang atau negara lainnya, dalam hal ini komunitas internasional. Poin lain yang dapat kita tangkap adalah keadaan di dalam negeri juga tidak begitu ‘sehat’ sehingga, otoritas meminta bantuan negara/pihak lain.

Melihat kejadian tersebut mungkin kita perlu mengingat kembali, bahwa manusia bukanlah siapa-siapa di dunia ini. Banyaknya intensitas kehadiran Banjir, Tornado, Puting Beliung, Tsunami, Kebakaran, Gempa Bumi, dan peristiwa anomali alam lainnya yang terjadi hari ini menginformasi kepada kita bahwa manusia tidak memiliki banyak kemampuan untuk menghindari dampak besar yang terjadi atas peristiwa alam tersebut, apalagi menghentikannya. Kemampuan kita tinggallah untuk bertahan dalam menghadari anomali alam tersebut dan bertahan setelah peristiwa itu terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun