Mohon tunggu...
Setiawan Triatmojo
Setiawan Triatmojo Mohon Tunggu... -

Lahir di Rejang Lebong, 05 - 04 - 1971. Belajar filsafat umum. Pekerja sosial. Saat ini sedang mendalami teologi sosial di Paris.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lazarus: Kenapa Dia Dibangkitkan?

9 April 2011   08:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:59 5914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bacaan Injil: Yohanes 11:1 - 45

Perikop Yesus membangkitkan Lazarus ini cukup panjang. Seperti halnya kisah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, dalam bacaan Ekaristi minggu lalu. Maka perikope tidak saya tampilkan di sini. Silakan buka Injil masing-masing di rumah. Dikisahkan bahwa dalam perjalanan Yesus dari Yerusalem ke Galilea, Yesus mendengar kabar bahwa Lazarus sakit. Lazarus ini, dan kedua saudarinya: Martha dan Maria tinggal di Betania. Apa hebatnya Lazarus, sehingga berita sakitnya perlu disampaikan kepada Yesus? Kita tidak tahu persisnya, hanya disebut di Injil bahwa Yesus sangat mengasihi Lazarus dan keluarga miskin ini. Dan Yesus sering mampir di rumah mereka. Tapi kembali ke Betania adalah riskan. Baru saja Yesus hendak dilempari batu oleh orang-orang Yahudi. Namun, sakitnya Lazarus tampaknya memaksa Yesus musti kembali ke arah Yudea. Murid-murid melarang-Nya. Tapi kemudian Yesus memberitahukan bahwa Lazarus tak hanya sakit, namun sudah mati. Situasi menjadi serba dilematis. Sahabat dekat mati, masakan tak melayatnya? Resiko musti diambil. Terlihat dari komentar Tomas, "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia". Bagi Tomas dan murid-murid sudah jelas kembali ke Yudea hanyalah cari mati. Apalagi datang kepada keluarga miskin Betania, yang pasti takkan ada alasan cukup untuk membuat orang-orang Yahudi, tidak merajam Yesus. Malah makin menegaskan contoh-contoh orang yang dikutuk Tuhan. Sudah miskin, sakit dan sekarang mati pula. Dan Yesus, malah bergaul dengan mereka yang terkutuk ini. Wah, alasan makin kuat, ini kesempatan terbaik bahwa Yesus sang penghojat Allah harus segera disingkirkan. Tentu mereka takkan peduli bahwa saat itu adalah saat perkabungan bagi Lazarus, toh yang mati juga orang yang dikutuk Tuhan. Kira-kira begitulah gambaran konflik di batin para murid Yesus.

Keputusan sudah diambil. Mereka kembali ke Yudea, dan menuju Betania. Yesus tentulah tahu, apa yang akan terjadi. Mereka datang melawat Martha dan Maria karena kematian Lazarus, yang sudah empat hari. Masih banyak orang  yang melayat.  Sangat mungkin mereka  dikenal oleh orang banyak karena Yesus sering singgah ke rumah mereka sebelumnya. Tentunya Yesus mampir untuk beristirahat setelah berkeliling mengajar, amat pasti mereka dijamu makan dan minum. Banyak inspirasi bisa kita petik. Mungkin letak rumahnya yang strategis di pinggir jalan, atau karena pelayanan orang miskin itu lebih tulus, atau makan di rumah orang miskin itu walau sederhana namun tidak canggung. Apalagi Yesus dan murid-murid-Nya hampir semua dari golongan rakyat miskin.

Kembali ke kisah kematian Lazarus, di hadapan Martha dan Maria yang sedang berkabung ini, tampillah Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah, yang sedang mewahyukan diri. "Akulah kebangkitan dan hidup", kata-Nya kepada Martha. Lalu di depan Maria, Ia menunjukkan bela rasa kemanusiaan-Nya, yang turut berduka karena kematian Lazarus yang mengharukan itu. Sudah miskin, penyakitan dan sekarang mati: itulah derita nasib Lazarus. Sangat wajar bila hati Yesus tergerak oleh belaskasihan. Kasih sejati dari Allah, tak mungkin melalaikan mereka yang miskin.

Itulah Yesus, seorang Manusia yang sedang berjalan dalam perjumpaan-perjumpaan kemanusiaan, yang mengajar orang banyak, yang menyembuhkan mereka yang sakit, yang mengampuni dosa, dan mengusir setan-setan, tanpa henti membuka pintu-pintu kehidupan.  Ia adalah Dia yang dalam perjumpaan dan dialog-dialognya mengubah orang pada pertobatan. Perjumpaannya dengan Zakheus si pemungut cukai, dengan wanita Samaria, dengan Bartimeus si buta, dengan Maria Magdala si pelacur, dengan si lumpuh, dengan si wanita yang sakit pendarahan, dengan si kerasukan setan dari Gadara, dengan Simon si Farisi dan dengan Nikodemus, si ahli Taurat,  dan masih banyak contoh lagi diceritakan di Injil, adalah perjumpaan  yang mengubah jalan hidup mereka. Dan Yesus menegaskan apa yang menjadi kebiasaan-Nya, yakni menyatakan bahwa Allah sangat mengasihi manusia dan ingin menyelamatkan mereka.

"Lazarus, marilah keluar!!" Teriakan Yesus di ambang pintu kubur terdengar lantang menggema, setelah Ia meminta orang menggulingkan batu penutup kubur.  Suasana menjadi sunyi, semua menanti dengan berdebar-debar. Nafas tertahan. Dan lihatlah Lazarus, yang telah 4 hari terbaring dalam kubur mendengar panggilan itu dan keluar. Tidak diceritakan reaksi orang banyak saat itu. Apakah bertepuk tangan? Apakah bersorak-sorai? Apakah hanya terdiam melongo tak bisa berkata apa-apa? Tidak digambarkan di sana, selain perintah Yesus supaya membuka kain-kain yang membungkus Lazarus dan supaya membiarkan dia pergi. Tak lama setelah ini ada persepakatan orang-orang Yahudi dibawah kendali Farisi dan ahli-ahli Taurat untuk membunuh Yesus sekaligus Lazarus. Tak lama lagi, si Pembangkit ini akan dihukum mati. Namun kemudian Ia akan bangkit. Sebab Dialah kebangkitan dan kehidupan.

Seperti biasa, tanggapan atas peristiwa ini beraneka-ragam. Saat itu, orang yang menyaksikan peristiwa itu saja tak semua percaya. Injil menuliskannya demikian, karena menyebut bahwa banyak di antara orang-orang Yahudi yang melayat itu percaya. Banyak berarti tidak semua. Tapi, maksudnya adalah percaya kepada Yesus dan mengakui Yesus adalah Mesias. Sebelum Lazarus dibangkitkan Martha malah sudah percaya ketika Yesus mengatakan Akulah kebangkitan dan hidup. "Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah", kata Martha. Menjadi lucu kalau mereka semua menyaksikan Lazarus hidup kembali, tetapi tidak percaya bahwa itu Lazarus.  Tapi di sini ingin saya garisbawahi,  bila yang menyaksikan sendiri tindakan Yesus itu saja tidak percaya, maka bisa dimaklumi kalau saat ini banyak orang juga tidak percaya dan menganggap kisah itu hanyalah dongeng.

Ketika dituntut bahwa hanya Allah yang bisa mengampuni dosa, Yesus sudah membuktikannya. Namun orang tak percaya. Ketika tuntutan agar Yesus layak disebut Tuhan adalah bisa membangkitkan orang mati, Yesus sudah melakukannya. Tapi orang juga tidak percaya. Bisa dimaklumi: karena konsep tentang Allah adalah bukan Allah yang hadir di antara manusia. Tapi Allah yang tidak tahu entah di mana Dia. Singkatnya jika ada sosok manusia yang dianggap Allah, itu jelas penghojatan. Dan itulah tanggapan dari orang-orang Yahudi saat itu. Bukannya percaya pembangkitan Lazarus dan siapa yang bisa membangkitkannya, mereka malah makin bernafsu untuk membunuh Yesus dan Lazarus. Minggu depan kisah-kisahnya akan membuktikan bahwa mereka melihat namun tak melihat, mereka mendengar namun tak mendengar dan mereka menanggap namun tak mengerti. Minggu kisah sengsara Tuhan akan dilalui Yesus dengan kembali ke Yerusalem. Nubuat para nabi musti digenapi. Ini soal pilihan. Kita diberi kebebasan menanggapi-Nya. Boleh percaya, boleh tidak.

Selamat Hari Minggu Prapaska V. Selamat menjelang Minggu Sengsara Tuhan.

Salam Kompasiana.

http://katolisitas.org/2011/04/05/akulah-kebangkitan-dan-hidup/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun