Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menilik Konflik Pemerintah vs Isme-Isme di Indonesia

14 Agustus 2021   17:25 Diperbarui: 14 Agustus 2021   17:30 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gettyimages.com

Ia menyebut bahwa radikal dan islamis kerap digunakan untuk mendiskreditkan lawan politik. Tren tersebut ia gambarkan berjalan beriringan dengan narasi bahwa Pancasila amat suci dan harus dilindungi dengan berbagai cara, termasuk dengan cara yang tidak demokratis sekalipun.

Secara khusus, Grealy kemudian menjelaskan bagaimana beragam paham yang disebut diatas digunakan pemerintah sebagai pihak yang menutupi serangkaian demonstrasi besar di tahun 2019. Demonstrasi yang dimotori mahasiswa itu disebut-sebut misalnya sudah disusupi oleh kelompok radikal. Selain itu, isu anarko juga cukup mengena di masyarakat sejak peristiwa tersebut terjadi.

Hal-hal tersebut boleh jadi adalah gambaran bagaimana aparat pemerintahan termasuk pendukung Jokowi, kerap memberi label ideologi tertentu kepada pihak yang kritis. Atau "kamu radikal", "kamu liberal", dan lain-lainnya. Dengan demikian, jika ditanya isme mana yang menjadi musuh pemerintahan Jokowi, sepertinya sulit untuk mencari jawabannya. 

Tentu, yang jelas dari uraian tersebut, boleh jadi publik akan merasa bahwa label ancaman atau sejenisnya itu akan berlaku pada mereka yang kritis.

Lalu, bagaimana menurut kalian. Benarkah ada konteks isme-isme pada mereka-mereka yang kritis terhadap pemerintah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun