Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Para Ahli Peringatkan Pembelajaran Online Berbasis Layar Bisa Mengubah Otak Siswa, Bagaimana Sikap Kita?

25 Agustus 2020   00:56 Diperbarui: 25 Agustus 2020   01:01 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: id.theasianparent.com

Melihat pengaruh teknologi pada perkembangan anak dan keterampilan membaca orang dewasa sangat signifikan, namun berbagai penelitian pun mengungkap dampak yang mengkhawatirkan.

Literasi secara harfiah mengubah otak manusia. Proses belajar membaca mengubah otak kita, begitu juga dengan apa yang kita baca, cara kita membaca dan pada apa yang kita baca (cetak, e-reader, PDF, telepon, laptop).

Ini sangat penting dalam realitas baru, ketika banyak orang belum terbiasa datang ke layar pada saat tertentu. Dengan sebagian besar dunia bekerja dari rumah, dan jutaan siswa belajar di rumah, mengembangkan otak yang mampu membaca huruf-huruf yang disesuaikan dengan literasi cetak digital dan tradisional---menjadi sangat penting.

Para ahli saraf dan ahli pendidikan mengajukan pertanyaan serupa: akankah media yang berbeda menguntungkan atau merugikan kemampuan kita untuk memperoleh informasi, membedakan apa yang benar, membenamkan diri dalam perspektif orang lain dan mengubah informasi menjadi pengetahuan, pendahulu dari kebijaksanaan?

Jawaban yang muncul akan memiliki implikasi yang mendalam untuk membentuk perkembangan intelektual, sosial-emosional, dan etika. Khususnya terhadap anak-anak yang melaksanakan PJJ hingga kini.

Menurut Maryanne Wolf, profesor UCLA dalam tulisannya yang berjudul Come Home: The Reading Brain in a Digital World, menjelaskan pentingnya memahami dampak pembelajaran berbasis digital terhadap perkembangan otak membaca anak-anak, serta pemeliharaan otak membaca pada orang dewasa.

Mengubah informasi baru menjadi pengetahuan yang terkonsolidasi di sirkuit otak membutuhkan banyak koneksi ke keterampilan penalaran abstrak, yang masing-masing membutuhkan jenis waktu dan perhatian yang sering kali tidak ada dalam membaca digital.

Wolf menambahkan bahwa kita harus mengakui: banyak dari kita yang membaca hanya sekilas kalimat padat terakhir, atau mungkin tidak sejauh itu, hanya judulnya. Kita mencari informasi dengan cepat tanpa menghabiskan waktu ekstra untuk merenung (menganalisis) lebih jauh. Jika demikian, kita kehilangan dua kesempatan: memeriksa dasar pernyataan, dan mendorong pikiran kita sendiri. Itu karena kita membaca sepintas saja, melihat-lihat, atau melihat kata --tanpa kesadaran bahwa dengan melakukan itu otak kita sudah mulai berubah, sama seperti otak anak kita yang lebih lunak.

Mustahil Tidak Multitasking?

Saat ini mungkin ada norma baru dalam dalam membaca. Yaitu hilangnya proses membaca mendalam yang membutuhkan kualitas perhatian yang semakin berisiko dalam budaya di media digital, di mana gangguan terus-menerus membelah perhatian kita (notifikasi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun