Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Teori Konspirasi Seputar Covid-19

14 Juni 2020   15:53 Diperbarui: 14 Juni 2020   15:45 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu dalam hal ini sebuah kekaburan atau ketidakjelasan tatanan informasi yang disediakan pihak berwenang disebabkan berbagai hal termasuk masifnya atau bertubi-tubinya informasi berbeda yang masuk ke khalayak publik, akibatnya pertentangan arus wacana semakin menyeruak dan wacana yang dianggap anti-mainstream akan menimbulkan kepenasaran hingga banyak dikonsumsi publik.

Senada demikian, Cass R. Sunstein dan Adrian Vermeule dari Harvard University dalam tulisannya Conspiracy Theories (2010), menyebut bahwa teori konspirasi bisa terjadi karena terdapat kesalahan kognitif bersamaan dengan pengaruh informasi dan reputasi. 

Artinya, terdapat kesalahan dalam proses atau kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah yang ditambah melalui keterbukaan akses informasi tanpa mengutamakan reputasi.

Begitupun dengan teori-teori konspirasi Covid-19 ini, barangkali kemudahan informasi menyebabkan orang-orang/sekelompok orang yang bahkan tidak diakui reputasinya (banyak kasus pencetus teori konspirasi bukan ahli di bidangnya) memberikan wacana tandingan agar menggugah kesadaran publik mengenai Covid-19. Apalagi ditambah dengan pengaruh media sosial yang sangat digandrungi, wacana tandingan akan lebih mudah menyebar ke khalayak publik.

Lebih jauh, Ferdi dan Musti dari Pinterpolitik.com menyebut bukan tidak mungkin para pencetus wacana teori konspirasi memiliki tujuan lain dibaliknya, yaitu perbaikan citra diri dan agenda pengkambinghitaman pihak-pihak yang dituduh berkonspirasi. 

Misalnya, Siti Fadilah Supari yang getol menyerukan konspirasi jangan menggunakan vaksin Bill Gates yang justru terjerat kasus korupsi alat kesehatan, atau para elite global (yang entah siapa mereka) yang bisa saja malah mengkonspirasi Bill Gates sendiri.

Lantas, bagaimana seharusnya kita menyikapi teori-teori konspirasi mengenai Covid-19 ini? Perlukah kita percaya?

Perspektif Bukan Oversimplikasi!

Dalam teori konspirasi selalu dibumbui oleh adanya upaya pengkambinghitaman seseorang atau suatu kelompok untuk disalahkan dibalik suatu peristiwa. 

Tengok saja teori-teori konspirasi Covid-19 ini, dimana yang menjadi kambing hitam adalah Illuminati, Freemasonry, Rotschild, atau bahkan China, Amerika, Israel hingga Bill Gates. 

Padahal, sebetulnya tindakan ini merupakan oversimplikasi (penyederhanaan berlebihan) yang mengabaikan aktor atau kekuatan dunia secara umum, termasuk kemajuan teknologi informasi yang bisa saja mengubah lanskap dunia yang tidak hanya bertumpu pada kelompok/orang-orang/kelompok tersebut. Akibatnya, alih-alih mereduksi persoalan Covid-19, yang ada malah tuduhan semata oleh yang memulai konspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun