Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Stasiun 1000 Tiang

20 September 2016   10:10 Diperbarui: 20 September 2016   10:20 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku mau menikah denganmu, dengan satu syarat: buatkan aku stasiun dengan seribu tiang dalam waktu semalam."

 Bandung Bogowonto terkejut mendengar permintaan Roro Jegang. Namun sebagai seorang ksatria dan mantan mahasiswa yang sudah biasa dengan sistem kebut semalam, Bogowonto menyanggupinya.

Ia segera chating via washap dengan jin yang sukses menjadi Presdir sebuah pengembang di Alam Maya. Segala syarat dipenuhinya, yang penting stasiun seribu tiang bisa selesai dalam semalam. Bahkan proses pengurusan IMB dan AMDAL terpaksa diabaikan.

Pada malam yang telah ditentukan, proyek pembangunan stasiun dikebut. Rara Jegang mengutus pembantunya untuk mengawasi. Sementara ia memilih bobok cantik di apartemennya.

Menjelang subuh, tiang ke 999 mulai berdiri. Bogowonto tersenyum puas. Tak lama lagi ia bisa bersanding dengan si cantik demplon Roro Jegang. Tapi tiba-tiba mandor jin tergopoh-gopoh datang.

"Maaf Denmas, ada masalah gawat. Ada gangguan wessel dan sinyal di stasiun Depok, jadi kereta semen pesanan kita tertahan di sana," kata Mandor sambil memperlihatkan info kereta di handphone merek JINhua.

Bogowonto cemas. Roro Jegang yang datang dengan memakai daster seksi tersenyum. "Kamu nggak mungkin bisa menyelesaikan mimpimu mempersunting aku. Fajar sebentar lagi menyingsing," kata Roro sambil berkacak pinggang.

Bogowonto kesal. Dengan kesaktiannya ia pun mengutuk Roro Jegang. Cling! Roro Jegang berubah menjadi kursi sandar yang putih mulus.

Sejak saat itu Bogowonto sering termenung sambil bersandar di kursi sandar, menunggu kereta yang tertahan sinyal.

 

 KRL Commuterline, 20 Sept 2016

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun