"Aku mau menikah denganmu, dengan satu syarat: buatkan aku stasiun dengan seribu tiang dalam waktu semalam."
 Bandung Bogowonto terkejut mendengar permintaan Roro Jegang. Namun sebagai seorang ksatria dan mantan mahasiswa yang sudah biasa dengan sistem kebut semalam, Bogowonto menyanggupinya.
Ia segera chating via washap dengan jin yang sukses menjadi Presdir sebuah pengembang di Alam Maya. Segala syarat dipenuhinya, yang penting stasiun seribu tiang bisa selesai dalam semalam. Bahkan proses pengurusan IMB dan AMDAL terpaksa diabaikan.
Pada malam yang telah ditentukan, proyek pembangunan stasiun dikebut. Rara Jegang mengutus pembantunya untuk mengawasi. Sementara ia memilih bobok cantik di apartemennya.
Menjelang subuh, tiang ke 999 mulai berdiri. Bogowonto tersenyum puas. Tak lama lagi ia bisa bersanding dengan si cantik demplon Roro Jegang. Tapi tiba-tiba mandor jin tergopoh-gopoh datang.
"Maaf Denmas, ada masalah gawat. Ada gangguan wessel dan sinyal di stasiun Depok, jadi kereta semen pesanan kita tertahan di sana," kata Mandor sambil memperlihatkan info kereta di handphone merek JINhua.
Bogowonto cemas. Roro Jegang yang datang dengan memakai daster seksi tersenyum. "Kamu nggak mungkin bisa menyelesaikan mimpimu mempersunting aku. Fajar sebentar lagi menyingsing," kata Roro sambil berkacak pinggang.
Bogowonto kesal. Dengan kesaktiannya ia pun mengutuk Roro Jegang. Cling! Roro Jegang berubah menjadi kursi sandar yang putih mulus.
Sejak saat itu Bogowonto sering termenung sambil bersandar di kursi sandar, menunggu kereta yang tertahan sinyal.
Â
 KRL Commuterline, 20 Sept 2016