Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ketika Mata Kamera Bicara

30 Mei 2015   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_368397" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Selfie di Stasiun Kutoarjo - Jawa Tengah, saat pulang kampung mengunjungi tanah kelahiran"][/caption]

Kamera di tubuh telepon genggam serupa mata yang membingkai peristiwa dalam kenangan dan merekamnya di arsip ingatan. Kehadiran kamera melengkapi dan mewarnai semaraknya dunia dalam genggaman.

Handphone tanpa kamera bagai taman tak berbunga, oh begitulah kata tukang selfie-ria.

Betapa bahagianya memotret wajah-wajah dengan senyum mengembang, mengabadikan keindahan alam yang membuat sejuk pandang, atau menjadi saksi perjalanan buah hati menapaki tumbuh kembang. Ternyata aku sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia.

[caption id="attachment_368398" align="aligncenter" width="300" caption="Foto wefie saat naik kereta odong-odong bersama buah hati keliling Perumahan Maharaja, Depok"]

143294299449502948
143294299449502948
[/caption]

Kadang aku ikut merasakan duka saat potret suram merasuki mata. Sayang aku tak bisa menitikkan air mata. Tapi ketika potret buram itu membangkitkan semangat untuk peduli dan menggerakan hati untuk mengulurkan tangan, aku merasa sangat terharu.

Sudah sekian tahun aku berada dalam genggaman seorang lelaki yang suka naik kereta rel listrik (KRL). Setiap pagi dan sore terguncang-guncang dan ikut merasakan dinamika kehidupan di atas kereta. Jika ada hal yang menarik, aku beraksi, jepret sana jepret sini. Tak lama foto-foto pun terunggah di media sosial. Mulai dari era sesak, panas, dan pengapnya KRL ekonomi hingga KRL Commuterline dengan pendingin udara.

[caption id="attachment_368399" align="aligncenter" width="300" caption="Menyempatkan foto selfie di dalam sesak kereta Commuterline"]

1432943156999918214
1432943156999918214
[/caption]

Aku termasuk kamera generasi jadul beresolusi 2 Mega Pixel yang ditanam di kamera lumayan pintar. Seiring perjalanan, mataku mulai buram hingga tak sempurna membingkai peristiwa. Mata rabun saat memotret di ruang kurang cahaya. Sepertinya usia tak bisa menipu mata. Apalagi aku beberapa kali terguncang akibat jatuh ke lantai. Untung saja tak sampai gegar kamera. Sekali waktu pernah nyemplung di bak mandi.

Sekarang telepon genggam generasi baru bermunculan dengan mata kamera yang semakin jernih menatap dunia. Bahkan handphone berharga di bawah satu juta seperti Smartfren Andromax C3s dan C3si sudah dilengkapi dua kamera. Kamera utama 5MP FF + Led Flash dan kamera depan 3 MP FF + Led Flash. Pastinya mengabadikan momen seru bersama teman-teman akan semakin ekspresif. Processornya pun sangat bertenaga snapdragon dual core 1,2 GHz Cortex A7 dilengkapi operating system Android 4.4 (Kit-Kat).

Dengan satu handphone dua kamera, tentu bisa lebih mudah berbagi peran. Berselfie ria lebih mudah tanpa kehabisan gaya. Keberadaan led flash menjadi cahaya penerang saat ruang membutuhkan secercah terang. Tanpa kendala, malam-malam bisa berselfie ria. Melihat kamera bisa hidup berpasangan, kadang aku merasa seperti jomblo ngenes yang harus berlapang dada dengan ejekan.

Kereta saja punya gandengan.

[caption id="attachment_368400" align="aligncenter" width="300" caption="Foto selfie di atas KRL Commuterline menuju stasiun Pasar Senen untuk pulang kampung."]

1432943641593258702
1432943641593258702
[/caption]

Walaupun menjalani hidup sendiri, namun duniaku tak terlalu sepi. Sebab pemilik handphone suka mengabadikann peristiwa dengan rangkaian kata. Aku menjadi salah satu saksi perjalanannya saat menulis puisi, cerpen atau catatan tak karuan. Sambil terguncang-guncang di atas kereta, aku kadang tersenyum membaca tulisan-tulisannya.

Kegemaran baru berselfie ria menggunakan tongsis atau tongkat narsis pun menjadi puisi lucu. Aku kutip sebagian puisi itu yang masih tersimpan di kartu memori.

Sudah lama kereta ingin melipir ke Mall Mangga Dua, beli handphone pintar dengan kamera bermata tajam agar penampilannya elok saat ber-selfie ria. Tak lupa mencari tongkat narsis, agar di sepanjang jalur bisa eksis.

Kereta sering menguping pembicaraan manusia yang berdesakan di perutnya. Kata mereka, memotret diri sendiri salah satu obat penghilang galau pengusir duka. Sesekali angin menyangkalnya, merenungi diri membawa kita pada langkah lebih bijaksana.

Memang handphone pintar tak lantas membuatnya jadi cerdas. Tapi setidaknya, ia bisa menjalani hidup dengan gembira, menghadapi semua persoalan dengan jepretan kamera.

Akupun merasa ikut berbahagia, saat tulisan-tulisan itu menjemput kertas, terangkum dalam beberapa buku. Dua buku antologi puisi Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta dan Mimpi Kereta di Pucuk Cemara. Dua buah novel: Koin Cinta dan Separuh Kaku. Akupun bersemangat saat mengabadikannya sedang mejeng bersama hasil karya.

[caption id="attachment_368401" align="aligncenter" width="300" caption="Foto wifie bersama salah satu penumpang KRL dan novel Separuh Kaku di Stasiun Sudirman, Jakarta"]

1432943731373768250
1432943731373768250
[/caption]

Sampai saat ini aku tetap bertahan. Selama nyawa masih dikandung mata, aku akan terus membidik peristiwa. Sampai suatu saat nanti masa pensiun tiba. Seperti kereta ekonomi yang harus merelakan jalurnya tergusur kehadiran kereta baru. Menjalani hidup sepi sambil membuka album foto, menatap lembar demi lembar kenangan.

Depok, 29 Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun